Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memperkuat Toleransi Beragama

Kompas.com - 12/09/2016, 07:06 WIB

Oleh: Masdar Hilmy

Kerusuhan Tanjung Balai— dan juga kerusuhan Tolikara tahun lalu—telah mengentakkan kesadaran kita bahwa gambar kerukunan dan toleransi beragama di negeri ini tidaklah ”seindah warna aslinya”.

Ternyata masih ada banyak hal yang harus dibenahi. Kondisi semacam ini ibarat memandang gunung: indah ketika dilihat dari jauh, tetapi penuh jurang dan bebatuan mengerikan jika didekati.

Lebih berbahaya lagi, sebuah gunung berapi menyimpan magma panas yang sewaktu-waktu dapat meletus dan menghancurkan kehidupan alam sekitar.

Terlepas dari berbagai pujian dunia terhadap tradisi toleransi beragama di negeri ini, kerukunan dan toleransi beragama kita harus diakui berdiri di atas fondasi yang masih rapuh.

Hanya karena hasutan ”kecil” melalui pesan berantai di media sosial, harmoni sosial umat beragama mendadak terkoyak.

Masyarakat kita seolah kehilangan kecerdasan publik untuk memfilter dan menangkis segala isu provokatif.

Di tengah banjirnya informasi di media sosial, rasanya tiada pilihan lain bagi masyarakat kita kecuali perlu memperkuat kecerdasan publik dalam rangka merasionalisasi segala bentuk provokasi agar konflik kerusuhan bernuansa suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA) tidak mudah terjadi.

Barangkali inilah tantangan terberat masyarakat kita di tengah era digital seperti sekarang ini.

Kekenyalan sosiologis

Sebuah masyarakat dapat dikatakan dewasa dalam hal kerukunan dan toleransi beragama manakala mereka memiliki tingkat kekenyalan sosiologis yang tinggi dalam mengelola, memfilter, dan selanjutnya menangkal berbagai bentuk isu provokatif di seluruh tingkatan: kecil, sedang, dan berat.

Berbagai konflik dan kerusuhan sosial bernuansa SARA terjadi akibat minimnya (bahkan absennya) kekenyalan sosiologis dimaksud.

Sementara itu, roh dari kekenyalan sosiologis adalah rasionalitas publik yang bekerja untuk menimbang kentungan dan kerugian dari sebuah tindakan kolektif.

Ketika rasionalitas publik bekerja secara maksimal, maka sebuah masyarakat niscaya tidak akan memilih tindakan yang dapat membahayakan dan merugikan orang lain.

Memang tindakan membakar rumah ibadah agama lain bisa saja dikonstruksi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sebagai upaya pembelaan diri atas penghinaan terhadap agamanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hakim MK Pertanyakan KTA Kuasa Hukum Demokrat yang Kedaluwarsa

Hakim MK Pertanyakan KTA Kuasa Hukum Demokrat yang Kedaluwarsa

Nasional
Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat 'Nyantol'

Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat "Nyantol"

Nasional
Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Nasional
Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Nasional
Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Nasional
Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar 'Open House'

Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar "Open House"

Nasional
KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

Nasional
Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Nasional
Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 'Supplier' Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 "Supplier" Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com