JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Presiden Jusuf Kalla mengajak negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura untuk mengatasi persoalan kebakaran lahan dan hutan di wilayah Sumatera secara bersama.
Ajakan itu ditawarkan Kalla, menyusul telah masuknya asap ke kedua negara tersebut.
"Ya, kalau mereka mengeluh, kita jauh lebih mengeluh lagi karena korban primernya Indonesia," ujar Kalla di Jakarta, Rabu (31/8/2016).
"Kita kan tidak bisa mengatur angin, artinya seperti yang selalu saya katakan, mari sama-sama selesaikan bersama," kata dia.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Jumat (26/8/2016) lalu telah mendeteksi adanya penurunan kualitas udara di beberapa wilayah Singapura yang berkisar antara 215-217 psi.
Kondisi tersebut, tergolong tidak sehat. Namun, secara umum, kualitas udara Singapura masih berada pada PM10 yang tergolong baik.
Kalla mengatakan, kerja sama diperlukan lantaran arus angin yang membawa asap akibat kebakaran lahan dan hutan, tidak dapat dikendalikan.
"Kalau cuaca baik kan masing-masing juga bisa menikmati udara bagus. Kalau udara jelek, ya masing-masing juga kena. Jadi sama-sama (mengatasinya)," ujarnya.
(Baca juga: Dampak Asap ke Negara Tetangga dari Kebakaran Hutan di Indonesia Bergantung Angin)
Meski begitu, Kalla mengatakan, pemerintah tidak akan memaksa Singapura atau Malaysia untuk membantu mengatasi persoalan ini.
"Iya kalau mau," ujarnya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho memastikan, upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Riau terus dilakukan.
Sebanyak 7.200 personil satgas darat dan satgas udara dikerahkan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
BNPB mengerahkan 3 helikopter water bombing, 2 pesawat air tractor water bombing dan 1 pesawat Casa untuk hujan buatan.
(Baca juga: Siaga Darurat Kebakaran Hutan di 6 Provinsi, BNPB Siagakan 8 Heli "Water Bombing")
Sebanyak 21,7 juta air sudah dijatuhkan dari udara untuk memadamkan api kebakaran hutan dan lahan di Riau. Begitu juga 40 ton garam dapur (NaCl) telah ditaburkan ke awan-awan untuk dijatuhkan menjadi hujan.
Ribuan sekat kanal, embung dan sumur telah dibangun untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan.