Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Iman Purnama

Pernah bekerja sebagai wartawan magang, copywriter, dan content writer. Kini mahasiswa master di Center for Religious and Cross Cultural Study (CRCS) Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dangir, Masyarakat Adat, dan Semesta yang Hilang

Kompas.com - 09/08/2016, 21:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono


KOMPAS.com — Namanya Dangir. Usianya 25 tahun. Profesinya petani di Desa Genengmulyo, Pati, Rembang, Jawa Tengah. Suatu hari pada akhir November era 1920-an, ia dipanggil ke Kantor Bupati untuk dimintai keterangan.

Di beranda kantor bupati, Dangir berjongkok sambil dijaga seorang opsir polisi. Di depannya, Tohar, yang menjabat sebagai Asisten Bupati Kabupaten Pati pada masa itu, duduk di kursi. Di sisinya, seorang sekretaris duduk berjongkok lantas siap mencatat.

Tidak lama kemudian, Tohar bertanya dalam bahasa Jawa ngoko, "Siapa namamu?" Dangir menjawab, "Kulo wong, jeneng lanang, pengarane Dangir..."

Sang Asisten Bupati tidak heran dengan jawaban yang diberikan. Dangir memang seorang Samin atau Wong Sikep, masyarakat adat yang memeluk kepercayaan lokal di daerah Pati, Jawa Tengah, pada era 1910-an.

Para Wong Sikep terkenal akan sikap dan perilakunya yang jujur atau bahkan cenderung polos, meski tetap kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah kolonial. Kekritisan masyarakat Samin pada zaman kolonial memang bukan cuma isapan jempol.

Mereka menolak membayar pajak, pun tidak mengindahkan kebijakan kerja paksa. Bahkan, mereka menggunakan bahasa Jawa ngoko (kasar) atau bahasa Samin pada aparat pemerintahan kolonial sebagai bentuk perlawanan.

Titik kecil pergerakan

Cerita Dangir yang diinterograsi pemerintah kolonial memang hanya salah satu titik kecil dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia.

Takashi Shiraishi, sejarawan yang banyak meneliti soal pergerakan nasionalisme di Indonesia dan Asia Tenggara mencatat, Dangir diinterograsi kemudian ditahan selama 3 hari di penjara bersama 12 kawannya sesama Wong Sikep.

Merujuk catatan Shiraishi, mereka ditahan karena tidak mengindahkan instruksi untuk membubarkan diri setelah unjuk rasa di depan kantor pemerintah beberapa hari sebelumnya.

Dari hasil catatan interograsi sang Asisten Bupati Pati itu, kehidupan Dangir dan kawan-kawannya sesama Wong Sikep akhirnya terbuka, diketahui, dan lalu diteliti.

"Pada era 1920-an beruturut-turut laporan pemerintah kolonial menyatakan ajaran Samin sebagai gangguan kecil," tulis Takashi Shiraishi dalam "Dangir’s Testimony: Saminism Reconsidered" yang ditulis dalam jurnal Indonesia edisi 50, Oktober 1990.

Pada perjalanannya kemudian, Takashi Shiraishi menjelaskan, catatan interograsi Dangir lalu menjadi pelengkap untuk mencurigai ajaran Samin yang menolak membayar pajak kepada pemerintah kolonial. Pak Jat alias Sakiban alias Sarto yang menjadi pemuka tokoh Samin di daerah Pati pun harus menerima nasib untuk diasingkan.

"Meski perlawanan Samin sepanjang pertengahan era 1910-an meningkat, karena ‘pergerakan’ telah menyebar dari Blora ke Bojonegoro, Grobogan, Pati, Rembang, Kudus, Madiun dan Ngawi," lanjut Shiraishi, "Tetap ada berbagai variasi soal bagaimana cara Samin berkonfrontasi pada penjajah," imbuhnya menjelaskan lebih lanjut soal kondisi sosial-politik pada zaman itu.

Catatan Takashi Shiraishi dalam "Dangir’s Testimony’: Saminism Reconsidered" juga memuat cukup banyak dimensi yang bisa ditarik, mulai dari konfrontasi terhadap penjajah yang dilakukan sebuah masyarakat adat yang menganut kepercayaan lokal, sampai soal cara dan kehidupan sehari-hari para Wong Sikep—pakaian, perilaku, hingga “agama” yang dianut mereka.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com