JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode Muhammad Syarif punya pengalaman tentang arti sebuah integritas. Pengalaman ini terjadi saat Laode menempuh studi lanjutan di Brisbane, Australia, tahun 1997.
Ia menghadiri acara ulang tahun fakultas. "Di situlah kami berpakaian baik ya. Pakai jas dan saat itu kebetulan saya bawa kamera," kenang Laode saat menjadi pembicara kunci dalam acara peluncuran buku di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (23/6/2016).
Di tengah riuhnya pesta, salah seorang dosen pembimbing Laode bernama Douglas meminta untuk difoto. Tiga momen dijepret Laode kala itu. Satu foto, sang dosen seorang diri, satu foto sang dosen bersama istrinya dan satu foto sang dosen bersama Laode.
(Baca: Laode: 90 Persen Draf Revisi UU KPK Melemahkan KPK)
Keesokan harinya, Laode pergi ke tempat pencucian film untuk mencetak foto seukuran kartu pos. Ia membayar 70 sen per lembar. Sehari kemudian, Laode pergi ke ruangan sang dosen. Ia bermaksud memberikan ketiga foto itu sebagai hadiah.
"Saat saya beri, dia tanya, berapa biaya cetaknya? Oh saya bilang, no, no, no, this is a gift," cerita Laode.
Sang dosen menjelaskan bahwa dirinya tidak bisa menerima pemberian dari mahasiswanya sendiri. Laode merasa tersinggung mendengar jawaban itu.
"Sebagai orang Makassar, saya tersinggung luar biasa. Kok saya kasih foto tiga lembar dia persoalkan. Ini bahkan lebih murah dari sekaleng soft drink," ujar lulusan Queensland University of Technology ini.
Namun, penjelasan sang dosen membuat Laode tidak dapat banyak mempertahankan argumennya. Sang dosen merogoh uang dua dollar kemudian menyerahkannya ke Laode.
Sang dosen juga meminta agar Laode menyimpan kembaliannya. Laode kembali tersentak. Ia segera pergi ke ruang kelas mengambil uang untuk dikembalikan ke sang dosen.
"Saya pun tidak mau salah, saya ambil koin, saya kasih lagi kembalian dua dollar itu. Ini kembaliannya," ujar Laode.
(Baca: Laode Muhammad Syarif, Sempat Takut Saat Diwawancara Pansel KPK)
Dari pengalamannya tersebut, Laode belajar arti sebuah integritas. Pikirannya jauh melayang saat dia menjadi dosen di Indonesia, di mana ia pernah ditraktir makan oleh mahasiswa dan mendapat tumpangan pulang juga dari mahasiswa.
Sejak saat itu, Laode mengaku menjaga betul integritas. Termasuk saat menjabat sebagai Ketua KPK. "Namun seandainya ya standar semacam itu juga diterapkan di indonesia. Akan indah pastinya," ujar Laode.