Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Ekstrem Bersih-bersih Peradilan, Pecat Semua Hakim dan Impor Hakim

Kompas.com - 02/06/2016, 07:07 WIB
Bayu Galih

Penulis

Sumber Kompas TV

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengatakan, beberapa negara punya cara yang dianggap ekstrem dalam bersih-bersih lembaga peradilan.

Cara itu antara lain dilakukan sejumlah negara pecahan Uni Soviet. Salah satunya, Georgia.

"Di Georgia, semua hakim pernah diberhentikan. Diganti baru," ujar Mahfud, dalam acara "Satu Meja" yang ditayangkan Kompas TV, Rabu (1/6/2016) malam.

Menurut Mahfud, cara ini dilakukan untuk memastikan lembaga peradilan steril dari penyimpangan yang ada pada rezim peradilan sebelumnya.

Namun, ini bukan berarti timbul kekosongan hakim dan fungsi lembaga peradilan.

Selama masa transisi untuk menyiapkan hakim itu dilakukan, proses peradilan tetap dilakukan dengan hakim yang didatangkan dari luar negeri.

"Mereka impor hakim dari Amerika Serikat, Belanda, Inggris," ujar Mahfud.

Cara ini, Mahfud melanjutkan, bisa dilakukan dan tidak melanggar konstitusi.

"Sebab ini diatur undang-undang. Ini kan demi kepentingan masyarakat," ucapnya.

Menurut Mahfud, cara ekstrem itu pernah diusulkan untuk diberlakukan di Indonesia. Namun, Mahfud memahami bahwa resistensi dan dampak yang dihasilkan akan besar.

Meski begitu, Mahfud berharap ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk melakukan reformasi peradilan, meskipun tidak ekstrem seperti yang terjadi di Georgia.

"Saya punya usul kalau bisa yang lebih lunak. Misalnya, saya setuju hakim agung tiap lima tahun diseleksi ulang," ucap menteri kehakiman dan hak asasi manusia di era Presiden Megawati Soekarnoputri tersebut.

Kompas TV Dio Ashar: Hakim adalah Wakil Tuhan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com