Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut Nilai Pembongkaran Makam Korban Tragedi 1965 untuk Ungkap Sejarah

Kompas.com - 17/05/2016, 23:11 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan merasa heran dengan sikap beberapa pihak yang tak menyetujui rencana pembongkaran kuburan massal korban peristiwa 1965.

"Kok enggak diselesaikan? Mau kasusnya kayak Netherland? Kalau mau silakan tanggung jawab," ujar Luhut di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (17/5/2016).

Menurut Luhut, dengan membongkar makam korban peristiwa tersebut, maka, setiap hal yang berkaitan dalam peristiwa itu dapat dijelaskan secara benar.

Luhut juga menilai bahwa Tragedi 1965 tidak bermula sejak Gerakan 30 September 1965 dan kekerasan yang terjadi setelahnya.

Menurut Luhut, rangkaian peristiwa itu juga terjadi sebelum 1965, termasuk Peristiwa Madiun 1948.

"Di mana sebenarnya PKI yang jadi penyebab dari kejadian itu. Jangan sampai dituduh Pemerintah Orde Baru yang memerintahkan hal itu, apalagi TNI dan alim ulama. Jadi konteks tuh dilihat utuh," ucapnya.

Selain itu, pembuktian fakta sejarah pada peristiwa ini juga diharapkan dapat meluruskan pandangan masyarakat dunia terhadap negara Indonesia.

"Inti saya ingin membongkar itu nih, saya tidak mau (Indonesia) oleh orang luar (asing) dituduh membunuh 14.000 orang itu. Saya tidak mau lagi Indonesia dipermalukan di dunia internasional. Saya mau selesaikan dengan cara bermartabat dan demokratis," ujar Luhut.

Ia juga menegaskan bahwa pemerintah sudah berpedoman pada undang-undang dalam menyikapi masalah ini.

Adapun dasar hukum itu, menurut Luhut, adalah Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999, TAP MPRS Nomor XXV Tahun 1966, dan TAP MPRS Nomor XXIII Tahun 1966.

Karena itu, menurut luhut, oembongkaran makam ini merupakan hal penting sebagai bagian dari proses pengungkapan fakta.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu mengaku tidak setuju dengan rencana pembongkaran kuburan massal korban peristiwa 1965.

Ia mengkhawatirkan jika dilakukan, hal tersebut justru menimbulkan konflik baru. (Baca: Berbeda dengan Jokowi, Ryamizard Tolak Rencana Bongkar Kuburan Massal Tragedi 1965)

"Justru itu. Bongkar-bongkar kuburan kalau semuanya marah? Berkelahi semua," ujar Ryamizard di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Jumat (13/5/2016).

Ryamizard mengingatkan agar semua pihak tidak memprovokasi dan mengundang terciptanya pertumpahan darah.

"Saya sebagai Menhan tentunya menginginkan negara ini tidak ada ribut-ribut, damai," tutur Ryamizard.

Kompas TV Kuburan Massal Korban 1965 Ada di Semarang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com