NUSA DUA, KOMPAS.com - Bakal calon ketua umum Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, menolak jika voting dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa dilakukan secara terbuka.
Dengan voting terbuka, maka semua bisa melihat pilihan yang diambil oleh pemilik suara. Sehingga, Priyo khawatir rawan muncul ancaman dari ketua umum yang tidak dipilih.
"Pemilihan orang harus tertutup, enggak ada terbuka. Voting terbuka sangat rawan terhadap intimidasi," kata Priyo di arena Munaslub, di Nusa Dua, Bali, Sabtu (14/5/2016) malam.
Priyo juga mempertanyakan dasar usulan voting dilakukan secara terbuka. Padahal dalam tata tertib yang sudah dibuat dan disepakati bersama oleh panitia Munaslub, voting dilakukan secara tetutup.
"Kalau terbuka aneh, menimbulkan pertanyaan ada apa di balik itu. Implikasinya panjang, bisa menimbulkan malapetaka," ucap Priyo.
Rapat panitia pengarah atau steering committee Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar di Bali Nusa Dua Convention Center, Sabtu (14/5/2016), belum mampu menghasilkan keputusan terkait mekanisme pemilihan ketua umum.
Menurut Ketua SC Nurdin Halid, pro kontra terjadi lantaran ada yang meminta agar mekanisme pemilihan dilakukan terbuka dan tertutup.
(Baca: Mekanisme Pemilihan Ketum Golkar Terbuka atau Tertutup Masih Diperdebatkan)
Mereka yang meminta agar pemilihan dilangsungkan terbuka lantaran delapan kandidat yang ada saat ini masih berstatus bakal calon.
"Karena masih proses dukungan baru proses mencari calon. Oleh karena itu, tidak perlu tertutup. Itu pandangan sebagian peserta Munaslub," kata Nurdin.