Ketika melihat sebagian anak muda Indonesia lebih banyak menggunakan media sosial atau aplikasi digital untuk curhat, Wakil Ketua MPR RI Mahyudin mengaku prihatin.
“Waktu patah hati, upload foto sedih di Facebook. Waktu mau makan juga, bukannya berdoa dulu, malah motret makanan lalu upload di Facebook. Terus nggak makan juga, tapi tunggu komen masuk,” ujar Mahyudin di Universitas Borobudur, Jakarta, Kamis (7/4/2016), yang langsung disambut tawa para mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer.
Belum lagi, banyak orang Indonesia berbangga hati membeli dan menggunakan ponsel pintar buatan luar negeri. Ponsel pintar yang populer di Amerika atau Korea misalnya, adalah ponsel yang ada di genggaman sebagian besar orang Indonesia.
Fenomena ini sekilas tampak lucu. Tetapi ada hal lebih besar di balik itu. Mahyudin menilai, Indonesia hanya jadi pengguna.
“Kita hanya jadi bangsa pemakai aplikasi,” ujar ia.
Menurut Mahyudin, itu juga menunjukkan menipisnya nasionalisme di kalangan anak muda. Padahal, Indonesia merupakan negara yang besar dan luar biasa, khususnya dalam hal persatuan.
Indonesia mempunyai dasar negara Pancasila yang digali dari keberagaman bangsa, dan kini menjadi alat yang kuat untuk menyatukan Indonesia.
“Pancasila itu barang asli Indonesia, tidak digali dari bangsa-bangsa lain. Bung Karno menggalinya dari bangsa Indonesia. Pancasila adalah alat yang kuat untuk menyatukan indonesia yang heterogen ini,” tutur Mahyudin saat membuka Seminar Nasional Empat Pilar Kebangsaan dengan tema "Meneguhkan Nasionalisme di Kalangan Pemuda" di Universitas Borobudur, Jakarta, Kamis (7/4/2016).
“Kita bisa rukun. Sekarang di Suriah dan lain-lain banyak konflik. Kita? Di dalam ruangan ini saja saya yakin sukunya beda-beda, tapi kita bersatu di sini. Ini semua karena Pancasila yang menyatukan kita karena prinsip Bhinneka Tunggal Ika-nya,” Mahyudin menambahkan.
Menurut ia, nasionalisme di kalangan anak muda dapat terlihat saat anak-anak muda mau menciptakan karya yang bermanfaat untuk bangsa. Ia berharap, mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Borobudur dan seluruh anak bangsa dapat menjadi pribadi yang produktif, bukan konsumtif.
“Saya harap mahasiswa Borobudur, khususnya dari Fakultas Ilmu Komputer ini, bisa menciptakan aplikasi yang bermanfaat buat bangsa. Misal Borobudur mau bikin Facebook sendiri, saya pakai FB-nya Universitas Borobudur. Kita harus bisa berubah jadi bangsa produktif, bukan yang konsumtif,” ucap Mahyudin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.