Dor, dor, dor.... Hanya dalam hitungan menit, Pasukan Khusus Anti Teroris Indonesia telah menguasai DC-9 Garuda Woyla di Bangkok, Muangthai.
Para sandera kemudian dibebaskan setelah Pasukan Khusus Anti Teroris Indonesia tanpa kompromi menyerbu masuk kabin pesawat dan menembak langsung para pembajak pesawat tersebut.
Sebelumnya, pesawat GA-206 DC-9 itu dibajak saat terbang dari Palembang menuju Medan. Pembajak sempat meminta otoritas bandara Malaysia untuk mengisi bahan bakar di Malaysia sebelum akhirnya diterbangkan ke Bangkok.
Pembajakan atas pesawat DC-9 Garuda Woyla itu ditumpas oleh Pasukan Khusus Indonesia pada hari Selasa (31/3/1981) pukul 02.36.
Tidak sembarang pasukan yang berangkat. Bahkan, Asisten Intelijen Departemen Hankam Letnan Jenderal TNI LB Moerdani terbang ke Bangkok untuk memimpin langsung operasi tersebut.
Muangthai tentu sempat reaktif dengan kehadiran Benny. Namun, ketika DC-9 Woyla dibawa lari ke Bangkok tentu saja hal itu menjadi kepentingan Indonesia.
Dari Senayan, Kompas, Selasa, 31 Maret 1981, mengutip pernyataan anggota DPR dari Fraksi Persatuan Pembangunan, HM Amin Iskandar.
Kata Amin, terorisme dengan dasar dan dalih apa pun juga tidak dapat dibenarkan dan harus dikecam.
"Kejadian ini bukan hanya memprihatinkan, melainkan juga membuat kita marah," kata Amin.
Ketua Fraksi PDI Hardjantho Sumodisastro setuju jika pemerintah bertindak tegas terhadap pembajak. Dia berpendapat jika pemerintah tidak tegas, kejadian serupa akan terulang.
Namun, pemerintah diminta memperhatikan keselamatan penumpang DC-9 Garuda itu sebelum kemudian menumpas habis teroris hingga ke akar-akarnya.
Sikap pemerintah saat itu kemudian sangat tegas. Satu pesawat diterbangkan dari Halim dengan membawa Pasukan Khusus Anti Teroris. Ke mana pun DC-9 Garuda diterbangkan, ke situ pula tentara Indonesia akan mengejar.