Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Jagalah Keluarga, Jauhkan Anak-anak dari Narkoba dan Radikalisme

Kompas.com - 27/03/2016, 08:35 WIB
Reza Pahlevi

Penulis

MALANG,  KOMPAS.com - Persaingan dari mulai berlakunya perjanjian Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) menjadi perhatian khusus bagi Presiden Joko Widodo, saat memberikan sambutan pada Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-70 Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), Sabtu (26/4/2016). Menurut Presiden, keluarga punya peran kunci untuk itu.

Dalam puncak peringatan yang dilaksanakan di Stadion Gajayana, Kota Malang, Jawa Timur, tersebut, Preiden menyatakan persaingan saat ini tidak lagi antar-individu. Kehadiran MEA, kata Presiden, menjadikann persaingan sudah menjadi antar-negara.

"Untuk memenangi pesaingan ini, (kita) harus mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang optimistis," ujar Presiden.

Presiden mengingatkan, MEA baru melibatkan 11 negara dalam lingkup ASEAN. Bayangkan, ujar Presiden, bila kesepakatan perdagangan bebas ini diikuti pula oleh blok negara lainnya. "Persaingan akan ketat sekali," tegas dia.

Untuk itu, Presiden meminta seluruh masyarakat Indonesia, terutama jemaah peserta Harlah Muslimat NU, menjaga SDM mulai dari organisasi masyarakat terkecil, yaitu keluarga.

"Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anak," ungkap Presiden.

Oleh sebab itu, dimulai dari ibu dan keluarga yang bisa menanamkan pendidikan agama sejak dini. Hal itu bisa menjadi  benteng bagi anak-anak terhindar dari radikalisme dan ancaman bahaya narkoba.

"Indonesia sedang darurat narkoba, makanya jaga anak-anak kita dengan baik," tegas Presiden.

Dengan menjaga keluarga dari hal-hal negatif, kata Presiden, Indonesia akan mempunyai SDM yang siap bersaing dengan dunia. "Menjaga ketahanan keluarga itu penting," tegas dia.

Selain Presiden, hadir pula dalam peringatan ini Ketua Umum Muslimat NU yang juga adalah Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa; Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden menyampaikan apresiasi atas deklarasi Laskar Anti-Narkoba dalam peringatan harlah ini.

"Saya apresiasi organisasi ini (Muslimat NU) dengan cepat tanggap dalam antinarkoba," ujar Presiden. Saat ini, sebut Presiden, 30-50 anak Indonesia meninggal setiap hari karena narkoba.

"Saya yakin para jemaah membentengi anak-anak dan masyarakat," ujar Presiden.

Selama 70 tahun kehadirannya, kata Presiden, Muslimat NU sudah berperan penting bagi bangsa dan negara. Selain membentuki Laskar Anti-Narkoba, ada pula kegiatan-kegiatan sosial lain antara lain di bidang pendidikan usia dini, koperasi, dan lembaga agama.

Muslimat NU merupakan organisasi sosial keagamaan dan kemasyarakatan untuk para perempuan, sebagai salah satu sayap organisasi NU.

Lahir pada 29 Maret 1946, Muslimat NU bertujuan mengangkat harkat dan martabat perempuan Indonesia melalui bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dakwah, dan sosial.

Muslimat NU tersebar di 34 provinsi di Indonesia dan tercatat memiliki 554 cabang di tingkat kabupaten kota serta 5.222 anak cabang di tingkat kecamatan. Adapun di tingkat desa atau kelurahan, tercatat ada lebih dari 36.000 kepengurusan ranting.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com