Kehadiran Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ade Komarudin, di saat dewan menjalani masa reses, memecah keheningan yang menyelimuti gedung itu sedari pagi.
Puluhan awak media pun mengikuti Ade yang ternyata ingin meninjau langsung proyek pembangunan ruang wartawan. Pengerjaan proyek itu dimulai saat DPR masih dipimpin Setya Novanto. Namun, proses pembangunannya sempat mangkrak ketika Novanto terjerat kasus "Papa Minta Saham".
Satu per satu sudut ruangan wartawan yang tengah direnovasi itu dicek. Ade juga menyempatkan diri untuk melihat maket gambar ruang kerja wartawan jika nanti telah selesai direnovasi.
Proses peninjauan yang berlangsung selama sepuluh menit itu berakhir, begitu bakal calon ketua umum Partai Golkar itu masuk ke dalam ruangan yang nantinya akan dijadikan lokasi diskusi. Bersama para awak media, Ade duduk di panggung.
"Jangan ada yang duduk di luar lagi ya setelah ini," kata Ade memulai pembicaraan.
Protes pun dilayangkan awak media. Sebab, mereka khawatir tidak dapat memantau kegiatan pimpinan maupun anggota dewan yang lalu lalang di lobi Gedung Nusantara III jika mereka dilarang duduk di luar ruang wartawan.
Ade lalu menawarkan solusi dengan memasang kamera CCTV agar awak media dapat memantau pergerakan di lobi Gedung Nusantara III. Intinya, ia tak ingin ada awak media yang duduk di lantai lobi gedung itu.
Tak hanya urusan duduk, pria yang akrab disapa Akom itu, juga menyoal urusan pakaian wartawan. Menurut dia, peliput di Parlemen seharusnya berpakaian rapi.
"Bagaimana caranya? Apa perlu saya baju-in?" tanya dia.
Memang, tidak semua media mewajibkan reporternya mengenakan seragam. Bagi reporter televisi, kebanyakan instansi media menyediakan seragam bagi reporternya. Hal berbeda dirasakan reporter media online, cetak, dan radio.
"Teguran" Ade soal pakaian itu disambut ide oleh sejumlah awak media. Ada yang mengusulkan agar wartawan diberi seragam. Namun, tak sedikit pula yang menolak usulan tersebut. Ade pun seakan menyambut usulan seragam wartawan parlemen.
"Bagus juga. Nanti bajunya disiapkan, tapi disepakati dulu (desainnya)," ujar dia.
Ala Orde Baru
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai, keinginan Ade mengatur kinerja wartawan merupakan langkah mundur.
Alih-alih membuat lobi Gedung Nusantara III terlihat lebih bersih, namun Ade seakan ingin mengendalikan awak media.
"Ketua DPR sepertinya masih berparadigma Orde Baru yang gemar mengendalikan wartawan agar menginformasikan hal-hal positif saja," kata Lucius dalam pesan singkatnya, Selasa (22/3/2016).
Menurut dia, daripada sibuk mengurusi wartawan, Ketua DPR sebaiknya lebih fokus menyelesaikan persoalan internal lembaga yang dipimpinnya. Sehingga, tidak ada kegaduhan yang ditimbulkan DPR.
"DPR kita ini terlalu sibuk dengan aksesoris sekaligus santai dengan substansi. DPR kita juga suka ketertutupan sehingga mudah melakukan korupsi dan kejahatan lain. Media, dianggap sebagai pengganggu keleluasaan mereka melakukan pelanggaran dan kejahatan," kritik Lucius.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.