Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Peraturan yang Permudah Penyelundupan, Ini Instruksi Jokowi

Kompas.com - 17/03/2016, 07:43 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rapat terbatas yang digelar Presiden Joko Widodo dengan para pimpinan lembaga negara dan kementerian, Rabu (16/3/2016) malam, di Kantor Presiden, Jakarta, membahas penyelundupan barang dan manusia ke Indonesia.

Dari rapat tersebut terungkap bahwa ada peraturan yang mempermudah penyelundupan.

Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, aturan itu adalah surat edaran Jaksa Agung bahwa kepolisian dan kejaksaan tidak dapat menangani kasus kepabeanan.

Hal ini menyebabkan pengawasannya menjadi lemah.

"Itu yang sebetulnya perlu ditinjau ulang," ujar Badrodin, seusai mengikuti rapat terbatas.

Di sisi lain, polisi banyak mengungkap tindak pidana penyelundupan barang di luar wilayah kepabeanan.

Pelakunya sempat memakai jalur resmi. Menurut Badrodin, pada jalur inilah tindak pidana penyelundupan rentan terjadi sehingga aparat penegak hukum harus turut mengawasi.

"Selama ini kan, begitu sudah keluar dan dia sampai ke gudang, Polri melakukan razia atas barang ilegal. Itu dapat banyak," ujar Badrodin.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, Presiden Joko Widodo meminta lembaga terkait untuk meniadakan peraturan yang melemahkan penegakan hukum tindak pidana penyelundupan.

"Tiadakan peraturan yang membuat lembaga penegak hukum tidak bisa masuk atau membuat proses penyelundupan yang terjadi di depan mata masih tetap berlangsung," ujar Pramono.

Presiden berpesan, jangan sampai penyelundupan berlindung di bawah peraturan dan koordinasi lintas lembaga yang lemah.

Instruksi Presiden

Presiden Jokowi sendiri mengeluarkan tiga instruksi untuk mengatasi persoalan tersebut. Pertama, ia meminta aparat keamanan, TNI, Polri, Bea Cukai dan Badan Keamanan Laut meningkatkan patroli di sepanjang garis pantai yang ada. 

"Terutama pelabuhan kecil. Tingkatkan patroli dan kerja sama operasi. Kalau mungkin perlu (kerja sama) dengan negara tetangga, lakukan," ujar Jokowi, dalam rapat tersebut.

Kedua, pimpinan aparat penegak hukum harus menindak tegas jika ada anak buahnya yang 'main mata' dengan pelaku tindak pidana penyelundupan. 

"Tindak tegas aparat yang ikut bermain menjadi 'beking'. Tidak ada ampun. Saya ingin tidak ada kongkalikong lagi," lanjut Presiden.

Ketiga, Jokowi meminta kementerian melakukan reformasi tata kelola izin impor. Seluruhnya harus terintegrasi dalam suatu sistem informasi teknologi yang baik.

Hal itu demi membuka peluang kian mudahnya barang masuk dengan cara yang legal.

Dalam rapat tersebut, hadir sejumlah piminan lembaga, antara lain Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti, Jaksa Agung Muhammad Prasetyo, Kepala Badan Intelejen Negara Sutiyoso dan Kepala Badan Keamanan Laut Laksamana Pertama Arie Soedewo.

Adapun, menteri yang hadir, antara lain Menteri Perhubungan Ignatius Jonan, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Kepala Staf Presiden Teten Masduki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com