Menurut dia, perubahan tersebut merupakan fenomena yang wajar. Masyarakat mulai meninggalkan persepsi lama, yaitu pemimpin harus santun dan bertutur kata baik di depan umum.
Kini, ia menilai, pemimpin yang ceplas-ceplos pun disukai, bahkan yang memiliki karakter keras.
"Ada gubernur, mulutnya blepotan, tapi dia di-reward, disukai warganya. Ya mau diapain," ujar Luhut di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (11/3/2016).
"Ya gimana enggak disuka? Dulu banjir, sekarang enggak. Dia enggak korupsi pula," lanjut dia.
Namun, Luhut tak mau menyebut siapa gubernur yang dimaksud.
"Pendulum itu sudah mulai berubah. Orang akan mencari siapa pemimpin yang bisa memberikan kesejahteraam pada saya, pada keluarga, dan komunitas," kata Luhut.
"Pada akhirnya orang enggak akan peduli siapa, orang akan tutup mata saja. Yang penting si Fulan ini bisa memberikan kesejahteraan saja," lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.