Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Ada Kelompok Perempuan yang Hidup dengan Stigma Negatif dan Trauma

Kompas.com - 08/03/2016, 20:40 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus kekerasan terhadap perempuan tidak hanya terjadi saat sekarang ini.

Menurut catatan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), kekerasan juga terjadi pada peristiwa pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu yang hingga kini belum terungkap.

Akibat dari kekerasan tersebut, kaum perempuan masih harus hidup dengan stigma negatif dan trauma sepanjang hidupnya.

Menurut Ketua Subkomisi Pemantauan Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin, ada beberapa kasus pelanggaran HAM masa lalu yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah. Antara lain, peristiwa 1965 dan kerusuhan Mei 1998.

Mariana menuturkan, semua perempuan anggota Gerakan Wanita Indonesia atau Gerwani yang dianggap onderbouw-nya PKI diberi label sebagai perempuan tidak benar dan ikut berkontribusi dalam upaya pembunuhan enam Jenderal di lubang buaya.

"Mitos yang dibangun Orde Baru sangat buruk dan itu terjadi hingga hari ini. Rata-rata usia mereka sudah di atas 70 tahun, tapi masih mengalami stigma negatif itu," kata Mariana, ketika ditemui di kantor Komnas Perempuan, Jakarta Pusat, Senin (7/3/2016).

Selain itu, ia juga memaparkan, saat peristiwa kerusuhan Mei 1998 terjadi, ada fakta bahwa terjadi kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan-perempuan Tionghoa.

Ironisnya, perempuan korban tersebut masih banyak yang mengalami trauma dan tidak mendapatkan hak-hak pemulihan yang seharusnya diberikan oleh negara.

"Kami memiliki data bahwa ada perempuan-perempuan etnis Tionghoa yang mengalami pemerkosaan. Kami punya mitra LSM yang menyimpan data-data terkait peristiwa itu dan sudah diserahkan kepada Komnas HAM," ucapnya.

Lebih lanjut, Mariana mengatakan, pemerintah harus sesegera mungkin menyelesaikan kasus pelanggaran HAM masa lalu melalui jalur yudisial.

Dengan begitu, hak-hak perempuan sebagai korban pelanggaran HAM bisa dipulihkan melalui mekanisme rehabilitasi dan stigma negatif bisa dihilangkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com