Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Akan Ada "Pamer" Lagi di KPK Pasca-Operasi Tangkap Tangan

Kompas.com - 17/02/2016, 12:21 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan terobosan baru dalam menyampaikan informasi mengenai tangkap tangan.

Pada periode sebelumnya, KPK selalu menyajikan gimmick, yaitu menampilkan seorang penyidik dengan penutup wajah berwarna hitam.

Pria berpenutup wajah itu kemudian menunjukkan barang bukti berupa uang yang disita dari lokasi tangkap tangan.

Kini, cara lama itu tak akan digunakan lagi.

Dari dua kali OTT yang dilakukan KPK, tak ada lagi pria bertutup wajah. Tak ada lagi uang ratusan ribu dollar yang dipamerkan.

Ketua KPK Agus Rahardjo menyatakan, pimpinan KPK tidak ingin terlalu terbuka dalam penyampaian informasi dalam operasi tangkap tangan.

"Bayangan saya begini, kita kan bisa bekerja efektif kalau jaringannya belum tahu kalau kita incar. Begitu ditangkap satu, langsung jaringannya di-intercept, penyelidikan terbuka, itu malah jauh memudahkan kita daripada membukanya," ujar Agus saat berbincang dengan Kompas.com di kantornya, Selasa (16/2/2016).

Selain itu, yang mengumumkan penetapan tersangka bukan pimpinan KPK.

Tugas tersebut didelegasikan kepada Pelaksana Harian Kepala Biro Humas KPK Yuyuk Andriati dan Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK Priharsa Nugraha.

Agus mengatakan, KPK baru akan terbuka jika semua jaringan dalam perkara tersebut sudah terungkap.

"Biasanya kalau OTT langsung penyidikan. Saya penginnya saat di dalam mereka tanya jawab, dapat, dikeluarkan sprindik lagi, keluarkan lagi. Jadi berkali-kali sehingga kasus itu cepat tuntas," kata Agus.

Ia mencontohkan, kasus yang menjerat anggota Komisi V DPR RI, Damayanti Wisnu Putranti. Menurut dia, masih banyak pihak yang belum terjamah KPK, tetapi sudah masuk incaran.

Agus tidak ingin keterbukaan informasi itu nantinya justru menggagalkan hasil pengintaian mereka.

Lagi pula, kata dia, semua rangkaian kasus akan terungkap secara gamblang di pengadilan.

"Dalam kasus Damayanti, nanti mereka bisa mengamankan diri dong. Pada malam itu, yang bersangkutan (Damayanti) sudah mengungkapkan banyak," kata Agus. 

Ia menganggap perlu adanya model baru dalam OTT, misalnya dalam "mengemas" target penangkapan.

Selama ini, setiap gerak-gerik mencurigakan di KPK selalu terpantau oleh media.

Gerakan mencurigakan itu kerap memunculkan spekulasi soal tangkap tangan itu.

"Mereka (media) juga sudah punya hubungan dengan beberapa penyidik dan kadang pekerja kita yang lain. Itu yang mungkin di gedung baru perlu lebih dijaga," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Timwas Haji DPR Desak Pembentukan Pansus untuk Evaluasi Penyelenggaraan Haji secara Menyeluruh

Timwas Haji DPR Desak Pembentukan Pansus untuk Evaluasi Penyelenggaraan Haji secara Menyeluruh

Nasional
Puan Sebut DPR Akan Bentuk Pansus Haji, Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024

Puan Sebut DPR Akan Bentuk Pansus Haji, Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024

Nasional
Timwas Haji DPR Imbau Pemerintah Tingkatkan Kenyamanan Jemaah Haji Saat Lempar Jumrah di Mina

Timwas Haji DPR Imbau Pemerintah Tingkatkan Kenyamanan Jemaah Haji Saat Lempar Jumrah di Mina

Nasional
Sandiaga: Sekarang Ekonomi Dirasakan Berat, Harga-harga Bebani Masyarakat...

Sandiaga: Sekarang Ekonomi Dirasakan Berat, Harga-harga Bebani Masyarakat...

Nasional
Terima Keluhan Jemaah Haji, Anggota Timwas Haji DPR: Pemerintah Dinilai Abaikan Rekomendasi DPR

Terima Keluhan Jemaah Haji, Anggota Timwas Haji DPR: Pemerintah Dinilai Abaikan Rekomendasi DPR

Nasional
Zita Anjani Berkurban Dua Sapi di Cipinang, Beri Nama Anyeong dan Haseyo

Zita Anjani Berkurban Dua Sapi di Cipinang, Beri Nama Anyeong dan Haseyo

Nasional
Rayakan Idul Adha, Menko Polhukam Ungkit Pengorbanan untuk Bangsa dan Negara

Rayakan Idul Adha, Menko Polhukam Ungkit Pengorbanan untuk Bangsa dan Negara

Nasional
Paus Fransiskus Akan Kunjungi Masjid Istiqlal Pada 5 September 2024

Paus Fransiskus Akan Kunjungi Masjid Istiqlal Pada 5 September 2024

Nasional
Soal Kans Dampingi Anies pada Pilkada Jakarta, Ida Fauziyah: Belum Membicarakan sampai ke Situ

Soal Kans Dampingi Anies pada Pilkada Jakarta, Ida Fauziyah: Belum Membicarakan sampai ke Situ

Nasional
Pimpinan KPK Dinilai Tak Mau Tangkap Harun Masiku, Bukan Tidak Mampu

Pimpinan KPK Dinilai Tak Mau Tangkap Harun Masiku, Bukan Tidak Mampu

Nasional
Muhadjir: Pelaku Judi 'Online' Dihukum, Penerima Bansos Itu Anggota Keluarganya

Muhadjir: Pelaku Judi "Online" Dihukum, Penerima Bansos Itu Anggota Keluarganya

Nasional
Prabowo Sumbang Ratusan Hewan Kurban, Gerindra: Rasa Syukur Pemilu 2024 Berjalan Lancar

Prabowo Sumbang Ratusan Hewan Kurban, Gerindra: Rasa Syukur Pemilu 2024 Berjalan Lancar

Nasional
Idul Adha, Prabowo Berkurban 48 Sapi ke Warga Kecamatan Babakan Madang, Bogor

Idul Adha, Prabowo Berkurban 48 Sapi ke Warga Kecamatan Babakan Madang, Bogor

Nasional
Golkar Jagokan Putri Akbar Tanjung, Sekar Krisnauli, pada Pilkada Solo

Golkar Jagokan Putri Akbar Tanjung, Sekar Krisnauli, pada Pilkada Solo

Nasional
Tinjau Proyek Pengendalian Banjir di Semarang, Jokowi: Minimal Bisa Menahan Rob Selama 30 Tahun

Tinjau Proyek Pengendalian Banjir di Semarang, Jokowi: Minimal Bisa Menahan Rob Selama 30 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com