Pada periode sebelumnya, KPK selalu menyajikan gimmick, yaitu menampilkan seorang penyidik dengan penutup wajah berwarna hitam.
Pria berpenutup wajah itu kemudian menunjukkan barang bukti berupa uang yang disita dari lokasi tangkap tangan.
Kini, cara lama itu tak akan digunakan lagi.
Dari dua kali OTT yang dilakukan KPK, tak ada lagi pria bertutup wajah. Tak ada lagi uang ratusan ribu dollar yang dipamerkan.
Ketua KPK Agus Rahardjo menyatakan, pimpinan KPK tidak ingin terlalu terbuka dalam penyampaian informasi dalam operasi tangkap tangan.
"Bayangan saya begini, kita kan bisa bekerja efektif kalau jaringannya belum tahu kalau kita incar. Begitu ditangkap satu, langsung jaringannya di-intercept, penyelidikan terbuka, itu malah jauh memudahkan kita daripada membukanya," ujar Agus saat berbincang dengan Kompas.com di kantornya, Selasa (16/2/2016).
Selain itu, yang mengumumkan penetapan tersangka bukan pimpinan KPK.
Tugas tersebut didelegasikan kepada Pelaksana Harian Kepala Biro Humas KPK Yuyuk Andriati dan Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK Priharsa Nugraha.
Agus mengatakan, KPK baru akan terbuka jika semua jaringan dalam perkara tersebut sudah terungkap.
"Biasanya kalau OTT langsung penyidikan. Saya penginnya saat di dalam mereka tanya jawab, dapat, dikeluarkan sprindik lagi, keluarkan lagi. Jadi berkali-kali sehingga kasus itu cepat tuntas," kata Agus.
Ia mencontohkan, kasus yang menjerat anggota Komisi V DPR RI, Damayanti Wisnu Putranti. Menurut dia, masih banyak pihak yang belum terjamah KPK, tetapi sudah masuk incaran.
Agus tidak ingin keterbukaan informasi itu nantinya justru menggagalkan hasil pengintaian mereka.
Lagi pula, kata dia, semua rangkaian kasus akan terungkap secara gamblang di pengadilan.
"Dalam kasus Damayanti, nanti mereka bisa mengamankan diri dong. Pada malam itu, yang bersangkutan (Damayanti) sudah mengungkapkan banyak," kata Agus.
Ia menganggap perlu adanya model baru dalam OTT, misalnya dalam "mengemas" target penangkapan.
Selama ini, setiap gerak-gerik mencurigakan di KPK selalu terpantau oleh media.
Gerakan mencurigakan itu kerap memunculkan spekulasi soal tangkap tangan itu.
"Mereka (media) juga sudah punya hubungan dengan beberapa penyidik dan kadang pekerja kita yang lain. Itu yang mungkin di gedung baru perlu lebih dijaga," kata Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.