Ia melihat, partisipasi perempuan masih kurang optimal dan pelibatan mereka tak terlalu besar. Padahal, jika ditelusuri, kata Sukasmanto, lembaga-lembaga yang dikreasi oleh perempuan, cenderung bisa bertahan termasuk menghadapi krisis.
"Masih sangat belum dioptimalkan partisipasinya. Ini perlu didorong," ujar Sukasmanto usai acara diskusi di Hotel Akmani, Jakarta Pusat, Kamis (11/2/2016).
Tak hanya karena kurang dilibatkan dan diberi kesempatan, kaum perempuan juga masih banyak yang belum memiliki kemampuan yang mumpuni untuk menyuarakan pendapatnya.
Sukasmanto juga memaparkan hasil riset lembaganya terkait Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di empat desa. Salah satunya desa Solubomba, Sulawesi Tenggara.
Ia mengaku cukup terkejut dengan sejarah ekonomi dan penghidupan desa tersebut yang dapat dikatakan unik. Partisipasi perempuan di desa tersebut menggerakkan roda perekonomian desa saat musim paceklik.
Solubomba, lanjut dia, adalah desa pesisir. Kebanyakan desa pesisir lainnya akan menghadapi kemiskinan ketika musim paceklik tiba. Terlebih mayoritas warga di sana berprofesi sebagai nelayan.
Namun, di desa tersebut, para perempuannya memiliki kerajinan tenun nasional. Sehingga ketika desa dilanda musim paceklik, para perempuan tersebut justru mampu menjaga penghidupan ekonomi masyarakat pesisir.
"Perempuan di sana justru mem-back up. Desa itu juga memiliki investasi ke penambahan aset yang dimanfaatkan oleh desa," tutur Sukasmanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.