Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversi Buku TK Bertuliskan Jihad, Penyunting Tak Berniat Sebarkan Terorisme

Kompas.com - 22/01/2016, 07:00 WIB
Kontributor Surakarta, M Wismabrata

Penulis

SOLO, KOMPAS.com — Penyunting buku bacaan Anak Islam Suka Membaca angkat bicara terkait laporan salah satu ormas di Jakarta yang menyebutkan bahwa buku itu menyebar paham terorisme.

Penyunting buku karangan Nurani Musta'in tersebut memastikan tidak ada niat untuk memasukkan paham radikalisme di dalam buku bacaan yang sudah beredar di sejumlah daerah di Indonesia itu.

Ayip Syariffudin, suami Nurani Musta'in, menjelaskan, mereka hanya ingin mengajarkan pola bacaan monoftong dan huruf vokal secara berdampingan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan anak didik membaca huruf per huruf, serta mengenal perbedaannya.

Walau demikian, Ayip berterima kasih atas masukan dan revisi terhadap buku yang diterbitkan oleh Pustaka Amanah, di Solo, tersebut.

(Baca: GP Ansor Temukan Buku TK Berisi Kata Bom, Jihad, Sabotase, hingga Gegana)

"Saran dan masukan berbagai pihak akan menjadi bahan revisi kami. Tidak ada maksud dari kami untuk menyampaikan paham radikalisme," katanya kepada sejumlah wartawan di rumahnya, di Jalan Banaran, Pabelan, Sukoharjo, Kamis (21/1/2016).

Ayip dan istrinya, Nurani, menjelaskan bahwa buku itu sudah beredar sejak tahun 1999 di sejumlah daerah di Indonesia. Keduanya meyakini, di dalam buku tersebut tidak ada paham radikalisme karena mereka menentang segala tindakan radikal.

(Baca: Soal Buku TK yang Dianggap Berbau Radikalisme, Ini Komentar Menteri Anies)

Ayip juga menjelaskan bahwa salah satu isi buku ditujukan untuk mengenalkan suku kata "ai" kepada anak anak. Untuk itu, susunan kata-kata yang dipilih adalah "selesai", "raih", "bantai", dan "kiai".

Menurut Ayip, susunan kata tersebut bukanlah kalimat karena ada penggalannya.

"Kata-kata tersebut sudah lama dikenal istri saya, dan mungkin kami memahami, saat ini, kata-kata tersebut sensitif," katanya.

(Baca: Pemerintah Diminta Tarik Buku TK yang Dianggap Bermuatan Radikalisme)

Seperti diberitakan sebelumnya, Gerakan Pemuda Ansor memprotes peredaran buku membaca untuk anak-anak TK yang dianggap mengarah pada penyebaran benih radikalisme.

Dari temuan GP Ansor, di buku terdapat kalimat-kalimat "Gegana ada dimana", "Bahaya sabotase", "Cari lokasi di Kota Bekasi", "Gelora Hati ke Saudi", "Sahid di Medan Jihad", dan "Selesai Raih Bantai Kiai".

Kompas TV GP Ansor Temukan Radikalisme di Buku TK

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com