Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut Imbau Prajurit Jaga Kehormatan Kopassus

Kompas.com - 07/12/2015, 12:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan mengimbau kepada seluruh prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) untuk menjaga kehormatan pasukan Baret Merah itu.

Imbauan Luhut itu disampaikan dalam sambutannya pada Peringatan 40 tahun penerjunan di Kota Dili oleh Satgas Nanggala V Kopassandha di gedung Chandrasa Grup-3 Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Senin (7/12/2015).

"Buat danjen dan prajurit sini. Kami sudah 'fairy away'. Kita masih bisa berdiri. Saya terharu kenapa begini. Padahal yang lain sudah pergi. Itulah hidup," kata Luhut seperti dikutip Antara.

Luhut menceritakan, saat itu bersama pasukan Kopassus ingin melaksanakan pembuka operasi seroja di Dili.

Dia mengingat perintah Komandan Grup Satu Nanggala V, Letnan Jendral Sugito yang harus berangkat untuk melakukan operasi penerjunan sebagai pembuka operasi militer Seroja. Luhut ditunjuk sebagai Komandan Kompi A.

"Saya tidak akan pernah mencederai janji saya sebagai prajurit baret merah," ucapnya.

Dalam sambutannya itu, Luhut sempat mengusap wajahnya lantaran meneteskan air mata.

"Maaf saya terharu sejenak. Saya bisa begini karena Pak Sugito. Karena prajurit-prajurit kita tangguh," ujar Luhut.

Ia menceritakan, operasi militer ini penuh kenangan. Ada prajurit yang gugur kena tembak oleh kelompok Freetilin Timor-Timur. Selain itu, saat berada dalam pesawat menuju Dili, prajurit tidak bisa buang air besar dan kecil.

"Perjalanan begitu cepat, saya masih ingat pimpinan Pak Sugito baru datang dari Kupang terima perintah. Namun, skenario berubah," kata dia.

Luhut yang termasuk dalam salah satu anggota Satgas Nanggala V Kopassandha mengenang sulitnya perjuangan saat menjalankan operasi penerjunan Kota Dili pada 7 Desember 1975.

"Satu hal yang ingin saya ungkapkan, spirit dari teman-teman yang hadir di sini tidak bisa kita lupakan. Saya sendiri merupakan salah satu yang merasa tidak tahu apa yang akan terjadi besok," kata Luhut.

Luhut yang pada saat itu berpangkat Letnan Satu menceritakan bahwa operasi dilakukan dengan persiapan yang minim dan anggota pasukan yang kelelahan.

Lebih lagi, operasi penerjunan yang membuka Operasi Seroja tersebut dilakukan dengan perubahan skenario dari yang direncanakan sejak awal.

Kendati demikian, operasi tersebut berhasil diselesaikan dalam waktu tiga jam setelah penerbangan dengan menguasai tiga sasaran utama, yakni pusat pemerintahan, pelabuhan, dan landasan terbang.

Sebanyak 13 orang gugur dan lima orang hilang dalam operasi tersebut.

Menurut dia, operasi ini tidak mungkin akan dirasakan oleh prajurit TNI era-globalisasi. Dia berpesan pada prajurit Kopassus agar menjaga kehormatan pasukan Baret Merah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Enggan Tanggapi Isu Harun Masiku Hampir Tertangkap Saat Menyamar Jadi Guru

KPK Enggan Tanggapi Isu Harun Masiku Hampir Tertangkap Saat Menyamar Jadi Guru

Nasional
Tagline “Haji Ramah Lansia” Dinilai Belum Sesuai, Gus Muhaimin: Perlu Benar-benar Diterapkan

Tagline “Haji Ramah Lansia” Dinilai Belum Sesuai, Gus Muhaimin: Perlu Benar-benar Diterapkan

Nasional
Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

Nasional
Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi 'Online', tapi...

Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi "Online", tapi...

Nasional
Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Nasional
Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Nasional
Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Nasional
Kasus WNI Terjerat Judi 'Online' di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

Kasus WNI Terjerat Judi "Online" di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

Nasional
Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Nasional
Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Nasional
MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

Nasional
Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Nasional
Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Nasional
Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Nasional
Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com