JAKARTA, KOMPAS.com — Sebagai mantan perwira menengah TNI Angkatan Darat, Yoyok Riyo Sudibyo (43) tentu kerap menghadapi tantangan berat dalam hidupnya.
Namun, pria yang baru-baru ini menerima penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) 2015 itu merasa tidak berdaya ketika menjalani masa-masa awal sebagai Bupati Batang, Jawa Tengah.
Cerita pengalaman tahun pertama menjabat sebagai Bupati Batang itu dikisahkan Yoyok saat memberi pidato sebagai penerima BHACA 2015 di Jakarta, Kamis (5/11/2015) malam.
Penghargaan sebagai tokoh antikorupsi sekaligus figur berpengaruh dalam menumbuhkan kultur antikorupsi itu juga diberikan kepada mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Yoyok menuturkan, tahun pertama jabatannya pada tahun 2012 amat berat. Tak mudah membawa perubahan.
Suatu ketika, ia meminta ibunya datang ke kantor. Di hadapan sang ibu, mantan perwira menengah TNI Angkatan Darat itu menangis.
"Saya yang mantan tentara ternyata nggletak (tidak berdaya) juga tahun pertama. Saya panggil ibu saya ke kantor, duduk di tempat duduk saya. Saya bilang, 'Wah, Ibu, saya enggak sanggup'. Saya menangis di pangkuan ibu saya. Sentimental juga saya. Lebay, ya?" tutur Yoyok seperti dikutip harian Kompas, Sabtu (7/11/2015).
Yoyok berpidato dengan gaya bicaranya yang ceplas-ceplos. Beberapa kali ia melontarkan gurauan, termasuk soal orang-orang yang kerap menyepelekannya.
Itu karena ia tak punya "potongan" kepala daerah, sama seperti dikisahkan Presiden Joko Widodo semasa ia menjabat Wali Kota Solo. Dalam beberapa kesempatan Joko Widodo sempat bercerita, ajudannya malah disangka wali kota.
(Baca Dapat Penghargaan Antikorupsi, Bupati Batang Mengaku Diberi Cobaan)