Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW: Lebih dari Separuh Kasus Korupsi yang Ditangani Polisi Mandek di Penyidikan

Kompas.com - 14/09/2015, 16:58 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat bahwa kepolisian belum menunjukkan kinerja maksimal dalam pemberantasan korupsi. Dibandingkan lembaga maupun institusi penegak hukum lain, kepolisian memiliki catatan paling buruk dalam penanganan kasus korupsi.

Hal itu tampak pada hasil pemantauan ICW terhadap penyidikan kasus-kasus korupsi selama 2010 hingga 2015. Sepanjang 2010 hingga 2014, ICW mencatat kepolisian berhasil menyidik 536 kasus korupsi. Sayangnya, hanya 232 kasus atau 46 persen di antaranya yang berlanjut ke tahap penuntutan. Adapun 304 kasus lainnya masih mandek di tingkat penyidikan.

"Kami khawatir kasusnya 'membusuk' di penegak hukum. Jadi, kami menyarankan, cepatlah kejar bukti-buktinya supaya kasusnya bisa cepat naik ke penuntutan," kata tim Divisi Investigasi Febri Hendri saat memaparkan temuan ICW terkait kinerja penyidikan kasus korupsi pada awal semester 2015 di Cikini, Jakarta, Senin (14/9/2015).

Febri mengatakan, kekhawatiran serupa juga berlaku pada penanganan kasus korupsi oleh lembaga atau institusi penegak hukum lain, misalnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). ICW mencatat bahwa pada semester awal 2015, KPK menangani 122 kasus dengan nilai kerugian negara sebesar Rp 11,4 triliun. Dari jumlah itu, hanya 68 kasus atau sekitar 55 persen yang naik ke penuntutan. Sisanya sebanyak 54 kasus masih berada di tahap penyidikan.

Sementara itu, ICW menemukan ada 1.775 kasus korupsi dalam penyidikan kejaksaan dengan nilai Rp 15,5 triliun. Sebanyak 918 kasus atau 51 persen di antaranya naik ke tingkat penuntutan, sedangkan 857 kasus sisanya stagnan di tingkat penyidikan.

"Ini entah disebabkan oleh kapasitas penyidik yang rendah, penyidiknya sedikit, atau anggarannya kurang. Ini perlu dicari lebih dalam. Kami juga masih mencari," ujar Febri.

ICW juga menyampaikan tentang perlunya revitalisasi sistem informasi penanganan kasus sejak dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, persidangan, vonis, sampai putusan Mahkamah Agung (MA). Revitalisasi tersebut dimaksudkan agar publik dapat mengawasi kinerja aparat penegak hukum dan pengadilan dalam menangani kasus korupsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com