Acara ini dihadiri rekan-rekan Sukardi Rinakit, seperti mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo, penyanyi dan musisi Ray Birowo, musisi Fredy Paputungan, anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Andreas Susetyo, Wakil Pemimpin Umum Kompas Rikard Bagun, pengamat perminyakan Abdul Muin, dan Kiyoko Tri Safitri dari Bank Niaga.
Sukardi Rinakit sore itu bercerita tentang gaji pertamanya sebagai staf khusus presiden. "Beberapa hari lalu, saya buka rekening bank saya, gaji dari istana sudah masuk. Saya senang dan langsung saya bagi dua, untuk saya sendiri dan istri saya, Evyta Suhartin," kata Rinakit yang akrab disapa Cak Kardi.
Cak Kardi juga bercerita tentang rasa sukacitanya menerima pin tanda sebagai anggota staf khusus presiden yang dipasang di bajunya.
Akan tetapi, Cak Kardi berkisah pula tentang dukacitanya mencari tempat makan siang di istana. "Sulit mencari kantin di kompleks istana pada awalnya," ujarnya. Ia berkisah pula tentang keputusannya menolak pengangkatannya menjadi Komisaris Utama Bank Tabungan Negara (BTN). "Saya ingin fokus membantu Presiden Joko Widodo secara langsung," ujarnya.
Sementara itu, Susilo menyarankan kepada para pejabat pemerintah saat ini, termasuk para menteri, untuk memberi informasi seadanya, terbuka, tidak ditutup-tutupi, kepada Presiden Jokowi. "Jangan hanya demi jabatan, pejabat pemerintah melaporkan yang tidak sebenarnya terjadi di lapangan," ujar Susilo yang kini rajin kampanye penyelamatan sumber energi di Indonesia.
Adapun Andreas Susetyo menyarankan agar pemerintah tetap berusaha menegakkan amanat presiden pertama RI, Soekarno, tentang Tri Sakti (berdaulat di bidang politik, berdikari atau berdiri di kaki sendiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian secara nasional). Ia juga mengingatkan agar pemerintah tidak melupakan sejarah, antara lain sejarah tahun 1997 ketika Indonesia dilanda El Nino. "Sekarang apabila terjadi kekeringan, jangan dianggap enteng, jangan anggap hal itu mudah diatasi dan seterusnya," ujar Andreas.
Di tengah acara diskusi tentang istana dan perombakan kabinet itu, Ray Birowo melantunkan lagu ciptaan Franky Sahilatua, "Suara dari Kemiskinan".
Lagu ini sering dinyanyikan Cak Kardi dengan nada sumbang (fals). "Tanah kami tanah kaya, laut kami laut kaya, kami tidur di atas emas, berenang di atas minyak. Tapi bukan kami punya semua anugerah itu, kami cuma berdagang buah-buah pinang. Harus ada perubahan, perubahan, perubahan, perubahan".
Begitu cuplikan beberapa kalimat lagu ciptaan almarhum Franky Sahilatua.
Merdeka, merdeka, merdeka, 70 tahun merdeka. (J Osdar)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Agustus 2015, di halaman 2 dengan judul "Sukardi Rinakit dan Dagang Buah Pinang".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.