Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivis Anggap Demokrasi Alami Kemunduran di Era Jokowi

Kompas.com - 26/07/2015, 16:13 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Proses demokrasi, yang sudah berlangsung selama kurang lebih 17 tahun, dianggap mengalami kemunduran di era Presiden Joko Widodo. Hal itu antara lain ditandai dengan begitu mudahnya polisi menjerat seseorang atas nama pencemaran nama baik melalui komentarnya media massa.

Kasus pencemaran nama baik yang kini tengah ditangani oleh Badan Reserse Kriminal Polri itu melibatkan dua komisioner Komisi Yudisial, yakni Suparman Marzuki dan Taufiqurrahman Syahuri. Keduanya sudah ditetapkan sebagai tersangka atas komentar mereka yang dikutip media masssa dan dianggap mencemarkan nama baik hakim Sarpin Rizaldi. (Baca Ketua dan Komisioner KY Jadi Tersangka Pencemaran Nama Baik Hakim Sarpin)

Polri juga tengah melanjutkan kasus pencemaran nama baik ahli hukum tata negara, Romly Atmasasmita. Dalam kasus ini, Wakil Koordinator Badan Pekerja ICW Emerson Yuntho, Koordinator ICW Adnan Topan Husodo, dan mantan penasihat KPK, Said Zainal Abidin, dilaporkan oleh Romly ke Bareskrim Polri. (Baca Aktivis ICW hingga Eks Penasihat KPK Dilaporkan ke Polisi)

"Sudah saatnya kita khawatir capaian demokrasi yang kita capai, yang sudah cukup bagus selama ini, akan mengalami kemunduran. Nanti capaian ini tereduksi," kata mantan anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo, dalam sebuah diskusi di LBH Jakarta, Minggu (27/7/2015).

Ia mengatakan, kasus pencemaran nama baik yang terjadi melalui media massa dapat diselesaikan melalui Dewan Pers. Apalagi, sejak awal sudah ada nota kesepakatan antara Polri dan Dewan Pers yang mengatur hal ini. (Baca ICW dan Sengketa Jurnalistik)

"Harusnya Dewan Pers yang buat penilaian, apakah ini masuk ranah jurnalistik atau tidak. Kalau ranah jurnalistik, Dewan Pers yang menangani," ucapnya.

Hal serupa disampaikan Direktur Imparsial Al Araf. Al Araf mengatakan, pola yang dilakukan oleh polisi kali ini menyerupai penanganan di masa Orde Baru dengan cara yang lebih halus. Polisi menggunakan pasal-pasal "karet" untuk menjerat tersangka. Jika tujuannya menahan aktivis, Al Araf menilai sikap polisi itu telah mengganggu demokrasi.

"Ini membuat demokrasi mundur ke belakang," ucapnya.

Akademisi yang juga kuasa hukum Ketua KPK nonaktif Bambang Widjojanto, Abdul Fickar Hadjar, menilai Presiden Joko Widodo bertanggung jawab atas kemunduran demokrasi ini. Dia berpendapat bahwa hal ini dapat terjadi karena Presiden tak mempunyai jabatan di partai politik pengusungnya sehingga kekuasaan diambil alih pihak lain. "Ini karena Presidennya tak punya partai," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Enggan Tanggapi Isu Harun Masiku Hampir Tertangkap Saat Menyamar Jadi Guru

KPK Enggan Tanggapi Isu Harun Masiku Hampir Tertangkap Saat Menyamar Jadi Guru

Nasional
Tagline “Haji Ramah Lansia” Dinilai Belum Sesuai, Gus Muhaimin: Perlu Benar-benar Diterapkan

Tagline “Haji Ramah Lansia” Dinilai Belum Sesuai, Gus Muhaimin: Perlu Benar-benar Diterapkan

Nasional
Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

Nasional
Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi 'Online', tapi...

Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi "Online", tapi...

Nasional
Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Nasional
Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Nasional
Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Nasional
Kasus WNI Terjerat Judi 'Online' di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

Kasus WNI Terjerat Judi "Online" di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

Nasional
Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Nasional
Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Nasional
MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

Nasional
Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Nasional
Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Nasional
Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Nasional
Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com