Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kementerian Sosial dan Kementerian Agama Belum Optimal dalam Deradikalisasi"

Kompas.com - 11/06/2015, 22:19 WIB
Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com - Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Azyumardi Azra mengatakan, Kementerian Sosial dan Kementerian Agama sejauh ini belum maksimal mendukung upaya deradikalisasi guna menangkal berbagai pengaruh gerakan idiologi kekerasan yang muncul saat ini.

“Kementerian Sosial dan Kementerian Agama belum memiliki kepedulian dan peran untuk mendukung upaya deradikalisasi,” kata Azyumardi saat menyampaikan materiya dalam seminar nasional yang membahas isu radikalisme agama di Ambon, Kamis (11/6/2015).

Dia mengungkapkan, upaya deradikalisasi sejauh ini hanya masih dilakukan oleh pihak tertentu. Padahal, menurut dia, peran negara jauh lebih penting. Dia mencontohkan pembinaan terhadap para mantan terpidana terorisme misalnya, sejauh ini hanya ditangani oleh BNPT.

”Misalnya pemberian modal usaha bagi mantan teroris, tidak melalui Kementerian Sosial begitupun Kementerian Agama. Jadi memang peran mereka untuk mendukung deradikalisasi belum maksimal,” ucap Azyumardi.

Saat memaparkan makalanya di hadapan ratusan peserta yang hadir, Azyumardi mengungkapkan, radikalisme agama, anarkisme atau kekerasan bernuansa agama, cenderung terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia.

Menurut dia, radikalisme agama yang mengarah pada konflik kekerasan bernuansa agama harusnya dapat dicegah. Sayangnya, meski banyak kelompok berhaluan radikal telah dimusnahkan, namun masih saja bermunculan kelompok-kelomok baru.

Peningkatan radikalisme agama, dituturkan Azyumardi, banyak berakar dari kenyataan kian merebaknya berbagai penafsiran pemahaman dan aliran yang berbeda dalam sebuah pandangan keagamaan. Dalam Islam, kata dia, adanya paham tersebut karena munculnya pemahaman ajaran agama yang sempit dan sepotong-sepeotong sehingga tidak memberikan ruang kompromi kepada kelompok lainnya.

“Kelompok umat muslim yang berpaham seperti ini, yaitu golongan Khawarij. Golongan ini sudah muncul sejak masa Khulafaur Rasyidin. Mereka itu sangat radikal dan melakukan banyak pembunuhan dan aksi kekerasan lain terhadap pemimpin muslim yang telah mereka nyatakan sebagai kafir,” ucapnya.

Untuk mencegah berkembangnya paham radikalisme agama itu terus tumbuh sumbur, Azyumardi mengatakan peran pemerintah, aparat penegak hukum dan semua pihak sangatlah dibutuhkan, termasuk keluarga dunia pendidikan dan dan lembaga keagamaan.

“Semua harus berperan aktif dalam mendukung upaya deradikalisasi terhadap berbagai paham kekrasan yang bermunculan,” ujarnya.

Sementara Direktur ARMC IAIN Ambon, DR Abidin Wakano mengatakan, fenomena radikalisme yang melahirkan aksi kekerasan atas nama agama harus dapat dicegah dan dicari solusinya dengan cara yang radikal pula.

“Solusinya harus dilakukan secara radikal, karena radikalisme agama ini sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa. Dan apa yang kami lakukan saat ini adalah salah satunya,” ujarnya.

Untuk menangkal paham radikalisme agama di Maluku, kata Abidin, pihaknya selama ini intens menggelar berbagai seminar dan juga kegiatan yang dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat betapa pentingnya saling menghormati.

“Kita juga lakukan kegiatan live in, menghidupkan kembali budaya pela gandong di sekolah-sekolah, menggelar workshop antar agama. Itu semua diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com