Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Yuddy: Penyerapan Anggaran Rendah karena Pejabatnya Malas

Kompas.com - 15/05/2015, 15:32 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi mengungkapkan bahwa tidak ada kaitannya antara rendahnya penyerapan anggaran dan persoalan kelembagaan. Menurut Yuddy, pergantian di lingkungan kementerian seharusnya tak memengaruhi proses pelaksanaan program pemerintah.

Dia menuding kalau penyerapan anggaran kementerian rendah, penyebabnya lebih pada kemalasan pejabat.

"Kerjakan saja, toh ada pengguna anggarannya, untuk menteri ada KPA (kuasa pengguna anggaran), bisa sekjen atau dirjen, ada PPK, ada satker. Jadi, mereka yang sudah duduk di situ mereka kan harusnya punya kewajiban untuk menjalankan kegiatan pemerintah," kata Yuddy di Istana Kepresidenan, Jumat (15/5/2015).

"Jadi ini bukan masalah administrasi, ini masalah psikologis. Malas, banyak pejabat yang malas untuk segera lakukan penyerapan anggaran," ucapnya.

Yuddy menjelaskan, kemalasan pejabat itu timbul lantaran adanya isu soal pergantian pejabat di kementerian. Mereka menunggu apakah akan diganti atau tidak sehingga tidak langsung bekerja. Padahal, menurut Yuddy, mereka seharusnya bekerja sesuai dengan tugasnya tanpa memikirkan soal pergantian yang merupakan kewenangan menteri.

Presiden Jokowi, sebut Yuddy, juga tak pernah menginstruksikan kepada menteri untuk merombak total pejabat di kementerian. Jokowi melalui Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2015 tentang Percepatan Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi pada Kementerian/Lembaga hanya meminta proses seleksi pejabat baru dilakukan secara cepat.

"Jadi kalau menteri mau ganti pejabat, jangan lama-lama supaya cepat, supaya ada kepastian. Setelah diganti, dilantik, langsung bekerja sehingga enggak ada kaitan penyerapan anggaran dengan masalah organisasi, enggak ada," ujar dia.

Kekesalan Jokowi

Presiden Joko Widodo mengutarakan kekesalannya dalam rapat kabinet paripurna pada Rabu (13/5/2015) ini. Hal ini lantaran beberapa kementerian belum menyelesaikan masalah kelembagaannya. Akibatnya, sejumlah pelaksanaan program pemerintah tersendat.

"Sebelum masuk pada rencana kerja pemerintah tahun 2016, saya ingin memperingatkan kembali masalah yang berkaitan dengan organisasi dan kementerian. Hati-hati karena masalah kelembagaan ini rentetannya bisa masuk pada masalah pencairan anggaran," ujar Jokowi.

Apabila pencairan anggaran tersendat, menurut Jokowi, hal itu bisa memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ketiadaan proyek dapat menyebabkan perekonomian dalam negeri lesu. Jokowi mengaku sudah mengingatkan hal tersebut sejak bulan Januari.

"Tetapi, mungkin belum banyak yang punya feeling bahwa ini akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi, melemahnya ekonomi. Sehingga, sampai sekarang masih ada yang perpres kementeriannya belum saya tanda tangani. Ada 1, 2, 3, 4, 5, 6," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Yakin 'Presidential Club' Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Yakin "Presidential Club" Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Nasional
Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com