Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Kenegarawanan Elite Partai Politik

Kompas.com - 06/04/2015, 15:51 WIB


JAKARTA, KOMPAS
- Sebagai alat perekrutan kepemimpinan politik, partai politik menyandang amanat mempersiapkan pemimpin bangsa yang berintegritas dan berpihak kepada rakyat. Alih-alih menjalankan tugas itu, saat ini banyak parpol dinilai justru terlarut dalam kepentingan segelintir elitenya. Harapan lahirnya politisi yang mengedepankan kepentingan rakyat redup seiring munculnya kegaduhan regenerasi di sejumlah parpol.

Kesimpulan ini terangkum dalam hasil jajak pendapat Kompas terhadap kinerja parpol belakangan ini. Dalam berbagai aspek kinerja, baik yang sifatnya internal parpol maupun yang berhubungan dengan harapan masyarakat, dinilai "merah" oleh publik. Dua dari tiga responden menyatakan tidak puas terhadap hasil kerja parpol.

Untuk kinerja yang sifatnya internal seperti melakukan kaderisasi, hanya satu di antara empat responden yang merasa puas atas hasil kerja parpol. Ketidakpuasan publik meningkat terhadap kinerja parpol dalam menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat (79 persen) dan dalam menempatkan wakil-wakil yang berkualitas di lembaga legislatif (83,1 persen).

Publik juga cenderung tidak puas terhadap kinerja parpol dalam menjalankan fungsi manifes sebagai institusi yang melakukan pendidikan politik kepada rakyat serta fungsi sebagai jembatan antara rakyat dan pemerintah. Satu dari tiga responden menyatakan tidak puas terhadap kinerja parpol dalam kedua hal itu. Puncaknya, publik menilai parpol belum berhasil menghadirkan pemimpin yang mumpuni dan berintegritas, rakyat membutuhkan pemandu untuk melintasi berbagai persoalan bangsa.

Krisis regenerasi

Pemimpin bangsa memang tidak mutlak harus berasal dari parpol. Namun, tak dapat dimungkiri parpol menjadi salah satu institusi yang paling potensial memunculkan calon pemimpin bangsa melalui kaderisasi dan regenerasi yang terstruktur. Partai idealnya memiliki platform yang jelas serta menjadi wahana pembentukan karakter dan budaya politik yang santun dan berpihak kepada kepentingan rakyat bagi kadernya. Jika fungsi itu beroperasi dengan baik, niscaya akan lahir kader yang berintegritas dengan corak kenegarawanan yang kental.

Namun, publik menilai fungsi ideal parpol tersebut masih jauh dari kondisi riil parpol hari ini. Lebih dari separuh responden menilai parpol belum memiliki ideologi politik yang jelas. Bahkan, mayoritas publik (71,3 persen) beranggapan parpol masih lebih mengutamakan kepentingan parpol di atas kepentingan rakyat. Kader parpol dipandang masih jauh dari kondisi bersih dalam arti bebas dari berbagai kepentingan dan belum sepenuhnya punya integritas yang nyata terhadap rakyat.

Penilaian tersebut tak lepas dari berbagai kisah karut-marut yang disuguhkan sejumlah elite parpol, khususnya dalam perebutan pucuk pimpinan. Secara umum, saat ini hampir tidak ada partai yang memberikan teladan dalam hal regenerasi kepemimpinan. Seolah menjadi hal jamak, pola aklamasi mendukung ketua lama untuk menjabat kembali berlangsung dalam kongres atau musyawarah nasional sejumlah parpol. Padahal, mayoritas publik tidak setuju dengan hal itu.

Regenerasi pucuk pimpinan ini juga menjadi masalah bagi beberapa parpol yang telah punya nama besar dan banyak makan asam garam dunia politik itu, seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Golkar.

Ada dua kubu kepemimpinan yang mengklaim keabsahannya di tubuh PPP dan Partai Golkar. Dua kubu di PPP masing-masing dipimpin Djan Faridz (hasil Muktamar Jakarta) dan Romahurmuziy (hasil Muktamar Surabaya). Sementara Partai Golkar pecah menjadi kubu Aburizal Bakrie (hasil Munas Bali) dan Agung Laksono (munas di Jakarta). Perseteruan setiap kubu di dua parpol itu tidak lepas dari dukungan terhadap pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada pemilu presiden tahun 2014.

Meskipun fenomena krisis regenerasi kental mewarnai kondisi parpol saat ini, ada pula proses regenerasi yang terbilang berjalan relatif lancar seperti yang terjadi di Partai Amanat Nasional. Meski sempat terjadi persaingan sengit, Zulkifli Hasan berhasil mengungguli petahana Hatta Rajasa.

Negarawan

Walaupun penilaian terhadap kondisi parpol secara umum belum memuaskan, masih ada optimisme yang ditumbuhkan publik. Masih ada harapan yang disematkan terhadap fungsi partai dalam membina dan memberi kesempatan regenerasi kader agar kelak muncul pemimpin bangsa yang mumpuni. Hal itu dikemukakan sekitar 63 persen responden yang meyakini parpol masih mampu menyiapkan pemimpin politik nasional yang bersih dan berintegritas. Lebih dari separuh responden juga menaruh prasangka baik bahwa partai masih mengutamakan tokoh muda dalam proses kaderisasi.

Harapan itu didasari pendapat bahwa belum banyak kader partai yang berkemampuan baik. Dalam jajak pendapat ini, hampir tujuh dari sepuluh responden memandang mekanisme kaderisasi parpol belum menghasilkan kader berkualitas. Persoalan dalam tahap perekrutan politik menjadi salah satu penyebabnya, misalnya dalam pemilihan anggota legislatif. Partai dipandang lebih mengutamakan kemampuan keuangan calon daripada kompetensi dan integritasnya (79 persen).

Di atas itu semua, publik berharap parpol mengedepankan kompetensi sebagai pertimbangan utama dalam regenerasi. Kader muda dianggap lebih prospektif untuk membina karakter kenegarawanan yang dibutuhkan calon pemimpin bangsa.

Namun, uniknya, politik kekerabatan yang mengutamakan keturunan dari tokoh-tokoh ternama di negeri ini diyakini masih jadi corak penting dalam proses tersebut. Selain itu, pribadi yang bersih dan jujur menjadi harapan publik untuk dipertimbangkan dalam melaksanakan regenerasi di tubuh parpol.

Minggu ini, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan akan menggelar kongres. Pada tahun ini, Partai Demokrat juga akan menggelar kongres dan Partai Keadilan Sejahtera akan melakukan munas. Sementara itu, Partai Gerakan Indonesia Raya dikabarkan tengah bersiap menyelenggarakan konferensi nasional. Berbagai acara itu merupakan media yang tepat untuk regenerasi dan kaderisasi parpol. Semoga melalui kegiatan tersebut, dapat lahir para pemimpin bangsa yang berintegritas dan berkualitas seperti harapan rakyat. (Yuliana Rini DY/Nurul Fatchiati/Litbang Kompas)

* Artikel ini sebelumnya tayang di Harian Kompas edisi Senin (6/4/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com