Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Per Satu Anggotanya Pindah Gerbong, Akankah KMP "Berumur Panjang"?

Kompas.com - 12/03/2015, 08:10 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Soliditas Koalisi Merah Putih tengah diuji. Dua partai anggotanya yang mengalami konflik internal, yaitu Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan, terpecah. Golkar di bawah Agung Laksono menginginkan partainya keluar dari KMP dan bergabung dengan koalisi pendukung pemerintah. Sementara konflik PPP belum berujung karena kubu Romahurmuziy masih melakukan upaya hukum setelah Pengadilan Tata Usaha Negara memenangkan kepengurusan Djan Faridz.

Adapun Partai Amanat Nasional pasca-Kongres yang dimenangi oleh Zulkifli Hasan belum menentukan arah politiknya. Jika PAN mengikuti jejak Golkar, KMP hanya tersisa dua partai, yaitu Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera. Bagaimana kelangsungan koalisi ini?

Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito, menilai, KMP tengah mengalami kegoncangan. Ia memprediksi "usia" KMP tak akan bertahan hingga 2019.

"KMP mengalami peluruhan energi besar-besaran sehingga koalisi ini belum tentu akan solid selama lima tahun ke depan," kata Arie kepada Kompas.com, Rabu (11/3/2015).

Arie mengibaratkan, baik KMP maupun Koalisi Indonesia Hebat (KIH) sebenarnya merupakan koalisi multikartel yang sarat dengan kepentingan pragmatis. Keduanya sama-sama mencari keuntungan untuk mempertahankan posisi mereka demi menghadapi pertarungan berikutnya, baik saat pemilihan kepala daerah serentak maupun Pemilu 2019. Namun, saat ini, posisi KIH sebagai koalisi pendukung pemerintah dinilai lebih menguntungkan dibanding KMP. Keuntungan itu, kata Arie, karena KIH berpeluang lebih menjaga soliditas karena ada "kue" yang bisa dibagi.

"KMP sulit jaga soliditas itu karena tidak ada kuenya. Sementara partai itu kan institusi pragmatis, yang ingin mendapat jatah kue itu tadi kan," kata Arie.

Arie mengingatkan, meski soliditas KMP kini tengah diuji, hal itu tidak serta-merta membuat KIH tanpa tekanan. Koalisi ini goncang ketika penunjukan Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri berujung pada kisruh antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Polri.

Arie mengatakan, PDI Perjuangan sebagai pemimpin KIH seharusnya dapat menjaga harmonisasi hubungan dengan Presiden Joko Widodo.

"Banyak partai yang menunggu juga konflik Jokowi dengan PDI Perjuangan," katanya.

Ia menambahkan, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri seharusnya tidak meragukan ketokohan dan kepiawaian Jokowi dalam berpolitik. Kehadiran Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, beberapa waktu lalu ke Istana Bogor di tengah konflik KPK-Polri, harus dianggap sebagai sebuah sinyalemen kemampuan Jokowi dalam berpolitik. Bahkan, Prabowo yang sempat menjadi rival Jokowi saat Pilpres 2014 lalu siap memberikan dukungan.

"Kalau PDI Perjuangan tidak membangun konsolidasi dengan Jokowi dan terjebak permusuhan seperti ini, tentu tidak akan menguntungkan. Ketokohan Jokowi saat ini lebih kuat, sementara Mega menurun," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menkominfo Berkelit Banyak Negara Diserang Ransomware, Dave: Penanganannya Hitungan Jam

Menkominfo Berkelit Banyak Negara Diserang Ransomware, Dave: Penanganannya Hitungan Jam

Nasional
Mandiri Jogja Marathon 2024 Kembali Digelar, Bangkitkan Semangat Keberlanjutan dan Ekowisata

Mandiri Jogja Marathon 2024 Kembali Digelar, Bangkitkan Semangat Keberlanjutan dan Ekowisata

Nasional
Alasan Safenet Galang Petisi Tuntut Budi Arie Mundur dari Menkominfo...

Alasan Safenet Galang Petisi Tuntut Budi Arie Mundur dari Menkominfo...

Nasional
PDNS Diretas, Jokowi Diingatkan Tak Jadikan Jabatan Menkominfo 'Giveaway'

PDNS Diretas, Jokowi Diingatkan Tak Jadikan Jabatan Menkominfo "Giveaway"

Nasional
Singgung Bantuan FBI, DPR Sebut Ada Harapan Data PDN Bisa Pulih

Singgung Bantuan FBI, DPR Sebut Ada Harapan Data PDN Bisa Pulih

Nasional
Sentil BSSN yang Sudah Prediksi Serangan Ransomware di 2024, Sukamta: Kayak Mama Lauren

Sentil BSSN yang Sudah Prediksi Serangan Ransomware di 2024, Sukamta: Kayak Mama Lauren

Nasional
Harap Pimpinan dan Dewas Baru KPK Berintegritas, Wapres: Jangan Titipan!

Harap Pimpinan dan Dewas Baru KPK Berintegritas, Wapres: Jangan Titipan!

Nasional
Grace Natalie Bantah Kabar Jokowi Sodorkan Kaesang ke Parpol untuk Pilkada Jakarta

Grace Natalie Bantah Kabar Jokowi Sodorkan Kaesang ke Parpol untuk Pilkada Jakarta

Nasional
Kasus Pengadaan Pesawat Garuda, Soetikno Soedarjo Dituntut 6 Tahun Bui

Kasus Pengadaan Pesawat Garuda, Soetikno Soedarjo Dituntut 6 Tahun Bui

Nasional
Safenet Galang Petisi Tuntut Budi Arie Mundur dari Menkominfo

Safenet Galang Petisi Tuntut Budi Arie Mundur dari Menkominfo

Nasional
Lawatan ke Perancis, KSAU Tinjau Produksi Teknologi Radar GCI yang Bakal Perkuat TNI AU

Lawatan ke Perancis, KSAU Tinjau Produksi Teknologi Radar GCI yang Bakal Perkuat TNI AU

Nasional
Usul Bentuk Satgas, Sukamta: Kalau Tidak Merasa Bersalah Atas Kehilangan Data, Berarti Penyelenggara Negara Sakit

Usul Bentuk Satgas, Sukamta: Kalau Tidak Merasa Bersalah Atas Kehilangan Data, Berarti Penyelenggara Negara Sakit

Nasional
Serangan Siber Berulang, Anggota DPR Desak BSSN Diisi Sosok Mampu dan Kompeten

Serangan Siber Berulang, Anggota DPR Desak BSSN Diisi Sosok Mampu dan Kompeten

Nasional
Pemerintah dan DPR Sepakat Bawa 26 RUU Kabupaten/Kota ke Rapat Paripurna

Pemerintah dan DPR Sepakat Bawa 26 RUU Kabupaten/Kota ke Rapat Paripurna

Nasional
Banyak Serangan Siber, TB Hasanuddin: Ini Kecelakaan atau Kebodohan Nasional?

Banyak Serangan Siber, TB Hasanuddin: Ini Kecelakaan atau Kebodohan Nasional?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com