Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pegiat HAM Desak Pemerintah Bongkar Mafia Narkotika di Dalam Lapas

Kompas.com - 09/03/2015, 19:15 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Para pegiat hak asasi manusia beranggapan bahwa hukuman mati bukanlah solusi terbaik untuk menimbulkan efek jera terhadap pengedar dan pengguna narkotika. Menurut mereka, pemerintah sebaiknya memperketat pengawasan terhadap aparat di lembaga permasyarakatan (Lapas), yang selama ini diduga menjadi sumber peredaran narkotika.

"Investigasi seluruh aparat di dalam lapas. Itulah sumbernya. Sejak proses di polisi, kejaksaan, kehakiman sampai lapas, itu harus dibongkar semua," ujar Wakil Direktur Human Rights Working Group (HRWG) Choirul Anam dalam konferensi pers di Kantor HRWG, Jakarta Pusat, Senin (9/3/2015).

Anam mengatakan, mengatasi masalah peredaran narkotika tidak akan selesai hanya dengan mengeksekusi mati semua yang terlibat di dalamnya. Menurut dia, pemerintah tidak akan berhasil menanggulangi narkoba, jika tidak bisa membongkar seluruh jaringan narkotika, yang diduga melibatkan peran aparat penegak hukum.

Menurut Anam, peredaran narkotika sengaja dimainkan oleh aparat penegak hukum, karena hal tersebut digunakan sebagai salah satu sumber keuangan yang besar. Bahkan, data yang diperoleh dari Badan Narkotika Nasional (BNN), menunjukan, sebanyak 75 persen peredaran narkotika dikendalikan oleh para terpidana dari dalam lapas.

Selain itu, Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti mengatakan bahwa pemerintah telah gagal membuktikan bahwa pelaksanaan eksekusi mati dapat mengurangi jumlah peredaran narkoba. (Baca: Imparsial Nilai Eksekusi Mati Tak Mampu Timbulkan Efek Jera)

Menurut dia, pemerintah saat ini memiliki tanggung jawab untuk membongkar oknum-oknum yang berada di balik peredaran narkotika. Poengky mengatakan, jika pemerintah serius dalam menangani kasus ini, maka sebaiknya pemerintah dapat memastikan seluruh aparat penegak hukum, terutama petugas lapas, bebas dari indikasi  keterlibatan dan praktik beking jaringan narkotika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com