KOMPAS.com - Teriakan ”Hidup Wiranto” membahana saat Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat itu, Jumat (13/2), memasuki arena tempat pembukaan Musyawarah Nasional II Partai Hanura di Surakarta, Jawa Tengah.
Ribuan kader Hanura yang memakai baju berwarna oranye memenuhi ballroom. Beberapa di antara mereka mengambil kesempatan tersebut untuk bertemu dan bersalaman dengan Wiranto.
Di dalam arena munas yang berlangsung pada 13-15 Februari 2015, tiga foto Wiranto berukuran besar telah dipasang di kedua sisi dinding, seperti menegaskan pentingnya Wiranto dalam tubuh Partai Hanura.
Ketika Wiranto berpidato, berulang kali tepuk tangan bergemuruh. Teriakan ”Hidup Wiranto” pun beberapa kali kembali terdengar. Di acara pembukaan munas, sosok dan karisma Wiranto masih terlihat kuat memesona para kadernya.
Hampir pasti, Wiranto terpilih kembali memimpin Hanura periode 2015-2020 pada munas tersebut. Ini artinya sudah tiga periode pria berusia 67 tahun itu memimpin Partai Hanura.
”Wiranto sebagai pendiri tahu persis ide dan gagasan dari berdirinya Hanura. Selain itu, Wiranto juga memaparkan strategi untuk meningkatkan elektabilitas partai dan rencananya memberi ruang bagi regenerasi. Oleh karena itu, segenap komponen meminta Wiranto memimpin Hanura kembali,” ujar Sekretaris Jenderal Partai Hanura Dossy Iskandar. Atas keinginan itu, Wiranto telah mengatakan kesediaannya.
Kaderisasi
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Zuhro, menuturkan, Hanura seperti partai politik Indonesia lainnya yang cenderung belum sungguh-sungguh menjadi pilar utama demokrasi dan aset negara.
Penggagas dan pendiri partai cenderung menjadi pemilik sekaligus tokoh sentral. Ini membuat budaya politik yang terbangun cenderung dari atas ke bawah, mengedepankan senioritas, dan kurang transparan. ”Dampak negatifnya sirkulasi elite kurang lancar, pergantian ketua umum partai atau regenerasi partai mandek,” katanya.
Parpol yang seharusnya menjadi rumah demokrasi dan tempat para kader berlatih melaksanakan nilai-nilai demokrasi, seperti kontestasi dalam munas atau kongres, menjadi tidak mungkin. ”Jika di internal partai saja para kader tak dibiasakan berkontestasi dalam artian positif, bagaimana kader-kader harus menghadapi kontestasi di pemilu atau pilkada?” tanya Siti.
Tentunya segenap komponen Partai Hanura menginginkan partainya terus berkembang. Jadi, jika Wiranto kembali dipilih untuk memimpin, menjadi tanggung jawab semua kader partai itu untuk menjadikan Hanura sebagai rumah demokrasi. (APA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.