Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Tidak Minta Tambah Anggaran di RAPBN-P 2015

Kompas.com - 10/02/2015, 18:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Komisi Pemberantasan Korupsi tidak mengajukan tambahan anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015 karena membuat rencana anggarannya lebih riil dengan berbasis kinerja terukur.

"Kami dalam membuat anggaran lebih riil berbasis kinerja terukur jadi antara kegiatan dengan perencanaan anggaran dibuat sedemikian rupa sehingga lebih riil untuk dilaksanakan," kata Wakil Ketua KPK Zulkarnaen di Gedung Nusantara III Jakarta, Selasa (10/2/2015).

Hal itu dikatakan Zulkarnaen usai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi III DPR RI bersama Kejaksaan Agung, dan Komnas HAM membahas anggaran ketiga institusi tersebut.

Zulkarnaen mengatakan KPK dalam penggunaan anggaran melakukan ekspose, berapa riil yang digunakan dan dipertanggungjawabkan secara jelas.

"Jadi tidak berdasarkan 'platform' saja, namun menggunakan secara efektif dan efisien hasilnya," ujarnya.

Dia menjelaskan apabila ada kekurangan di unit tertentu di KPK maka bisa direvisi dengan persetujuan Kementerian Keuangan.

Menurut dia, di KPK ada anggaran fleksibel di korsub pencegahan dan korsub penindakan untuk digunakan sebagai pemberdayaan "trigger mekanism".

Selain itu dia menjelaskan anggaran mendirikan perwakilan KPK di daerah tidak dimasukkan dalam rencana anggaran KPK di APBN-P 2015.

Hal itu, menurut dia, karena dimasukkan dalam perencanaan institusi itu di jangka menengah ke depan.

"Jadi kegiatan yang kami lakukan ada yang jangka panjang, jangka menengah dan ada yang tahunan," katanya.

Zulkarnaen mengatakan institusinya masih perlu mengkaji terlebih dahulu berapa total anggaran yang diperlukan di tiap perwakilan KPK di daerah.

Dia menjelaskan KPK juga akan menyiapkan peraturannya dan apabila sudah ada maka dimasukkan dalam perencanaan kerja anggaran tahun berikutnya.

"(Total anggarannya) belum karena masih kami kaji terlebih dahulu dan aturannya akan kami buat. Kami juga akan membuat telaah yang matang," ujarnya.

Menurut Zulkarnaen telaah dan kajian yang matang itu diperlukan agar apabila ada kemungkinan program tidak bisa dilaksanakan, sejak awal kami perhitungkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Nasional
Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Nasional
Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Nasional
Kasus WNI Terjerat Judi 'Online' di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

Kasus WNI Terjerat Judi "Online" di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

Nasional
Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Nasional
Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Nasional
MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

Nasional
Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Nasional
Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Nasional
Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Nasional
Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Nasional
DPR Sebut Ada Indikasi Kemenag Langgar UU Karena Tambah Kuota Haji ONH Plus

DPR Sebut Ada Indikasi Kemenag Langgar UU Karena Tambah Kuota Haji ONH Plus

Nasional
Punya Kinerja Baik, Pertamina Raih Peringkat 3 Perusahaan Terbesar Fortune 500 Asia Tenggara 2024

Punya Kinerja Baik, Pertamina Raih Peringkat 3 Perusahaan Terbesar Fortune 500 Asia Tenggara 2024

Nasional
Gugat ke MK, Dua Mahasiswa Minta Syarat Usia Calon Kepala Daerah Dihitung saat Penetapan

Gugat ke MK, Dua Mahasiswa Minta Syarat Usia Calon Kepala Daerah Dihitung saat Penetapan

Nasional
Satgas Judi 'Online' Dibentuk, Kompolnas Minta Polri Perkuat Pengawasan Melekat

Satgas Judi "Online" Dibentuk, Kompolnas Minta Polri Perkuat Pengawasan Melekat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com