JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Umum Partai Golkar versi Musyawarah Nasional (Munas) IX Jakarta, Yorrys Raweyai, memberikan kritik untuk dua Ketua Umum Golkar versi munas yang berbeda, Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. Menurut Yorrys, dualisme di Golkar tidak kunjung mencapai islah karena egoisme dua ketua umum tersebut.
"Pemimpin harus berjiwa negarawan, ini kan masalahnya ada dua kepemimpinan, dua-duanya mempertahankan ego," kata Yorrys, seusai menemui Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (26/1/2015).
Yorrys menuturkan, upaya mencapai islah telah dilakukan oleh dua kubu yang diwakili juru rundingnya masing-masing. Namun, apa mau dikata, perundingan selalu berujung buntu, khususnya saat pembahasan memasuki merger kepengurusan dan sikap politik Golkar terkait Koalisi Merah Putih (KMP).
"Kenapa sampai kita akhirnya mengambil jalan hukum? Karena kedua ketua ini tidak punya sifat kenegarawanan, masih mempertahankan ego masing-masing, merasa paling benar," ujarnya.
Ia melanjutkan, penyelesaian dualisme kepengurusan di Partai Golkar sangat berisiko jika harus diakhiri di pengadilan. Pasalnya, Yorrys menganggap pihak yang kalah tidak akan menerima dengan lapang dan akhirnya tetap memperpanjang konflik.
Saat bertemu Luhut, kata Yorrys, dia juga sempat meminta masukan agar permasalahan Golkar dapat selesai tanpa jalur pengadilan. Namun, Yorrys pesimistis islah dapat terwujud selama Aburizal dan Agung bersikeras ingin menjadi ketua umum.
"Jalan hukum juga punya risiko karena yang kalah tidak mungkin tinggal diam. Saya bukan orangnya Agung atau Aburizal, saya orang Golkar. Cara terbaik ya islah," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.