Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontras: Eksekusi Mati Hanya Akal-akalan untuk Lindungi Bandar Besar

Kompas.com - 19/01/2015, 15:51 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar yakin bahwa eksekusi mati terhadap enam narapidana narkotika berimbas buruk terhadap penyelesaian kasus narkotika itu sendiri.

"Yang dihukum mati selama ini kebanyakan kurir. Kalau dihukum mati, itu menghilangkan informasi soal siapa bandar besarnya kan," ujar Haris di kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (19/1/2015) siang.

Haris menyebut hukuman mati tidak efektif untuk memberantas peredaran narkotika. Bahkan, dia menganggapnya hanya sebagai "akal-akalan". "Oleh sebab itu, patut diduga bahwa eksekusi mati hanya akal-akalan untuk melindungi bandar besar narkoba itu sendiri," lanjutnya.

Pada dasarnya, lanjut Haris, Kontras memang menentang hukuman mati. Menurut Kontras, hukuman mati merupakan jalan pintas tidak tepat yang diambil pemerintahan Jokowi-JK tanpa memperbaiki persoalan sesungguhnya.

Kejahatan narkotika, lanjut Haris, berkaitan dengan banyak hal, mulai dari sistem hukum yang baik, integritas penegakan hukum yang korup, hingga penegakan hukum yang tebang pilih. Seharusnya, ujar Haris, persoalan inilah yang diperbaiki pemerintah.

"Jadi, omong kosong bahwa hukuman mati adalah efek jera bagi pelaku kejahatan narkoba itu sendiri," ujar Haris.

Ke depan, Kontras yakin bahwa hukuman mati yang dilakukan pemerintahan Jokowi terhadap enam napi narkotika tidak akan berimbas signifikan bagi penurunan kasus kejahatan narkotika itu sendiri. "Hukuman mati harusnya diganti dengan memperbaiki penegakan hukum di Indonesia," ujar Haris.

Diberitakan, Kejaksaan Agung telah menembak mati enam narapidana narkotika, Minggu 18 Januari 2015 kemarin. Satu napi warga negara Indonesia, sementara lima napi lain adalah warga negara asing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com