Zulkifli menjelaskan, politik kebangsaan yang dimaksud adalah bagaimana partai bisa maju tanpa adanya sekat yang menghalangi, seperti perbedaan agama atupun suku.
Menurut Zulkifli, saat ini musah bangsa bukanlah agama ataupun suku, melainkan masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan pengangguran. Oleh karena itu, kata dia, PAN tidak lagi menjadi partai yang hanya berorientasi pada agama, tetapi partai yang berbasis kebangsaan.
"Itu harus ada dimulai dari kepengerusan partai kita, mulai dari Papua, Maluku, semua mencerminkan secara keseluruhan," kata Zulkifli.
Zulkifli kemudian memberi contoh konkret mengenai perubahan baru yang ingin dia ciptakan di PAN. Dia mengatakan bahwa nanti jika dia terpilih sebagai ketua umum PAN, dia akan membuat konvensi untuk menentukan siapa calon yang akan maju pada pemilihan presiden 2019.
Sehingga, kata dia, tidak ada lagi istilah bahwa ketua umum akan menjadi satu-satunya calon yang akan maju sebagai calon presiden atau calon wakil presiden.
"Ketua umum PAN tidak harus calon tunggal. Kita buka konvensi. Kita adakan konvensi. Jadi nanti di pilpres 2019 kita buka konvensi. Tidak hanya ketua. Itu kan hal baru," kata Zulkifli.
Selain itu Zulkifli juga menginginkan adanya otonomi yang luas untuk pengurus PAN di daerah. Apapun kebijakan di daerah, kata dia, menjadi kewenangan penuh pengurus daerah, tanpa adanya campur tangan dari dewan pimpinan pusat PAN.