"Yang harus direvolusi mental adalah pendidiknya. Bukan anak yang menjadi fokus, melainkan gurunya. Saya melihat dalam konteks pendidikan, jangan lihat anak-anak kita sebagai botol yang harus diisi sehingga harus diisi materi sebanyak-banyaknya," kata Anies dalam wawancara dengan Kompas dan Kompas.com di Jakarta, Selasa (11/11/2014).
Mantan Rektor Universitas Paramadina itu juga menilai, proses belajar anak-anak tidak bisa disamakan dengan berlari sprint. Dia menganalogikan proses belajar mereka seperti berlari maraton yang stabil dan berkelanjutan.
"Jangan sampai anak jadi lelah dalam proses belajar dan merasa bersekolah itu sebagai sesuatu yang membebani, belajar untuk sesuatu yang tak menyenangkan. Belajar harus menyenangkan dan membahagiakan," kata penggagas gerakan Indonesia Mengajar itu.
Selain guru, Anies juga menilai perlunya jajaran birokrat di kementeriannya untuk mendapat pencerahan revolusi mental. Struktur birokrasi yang gemuk, kerja yang tidak efektif, serta program tanpa berorientasi hasil akan menjadi materi evaluasi yang akan dilakukan Anies di internal kementeriannya.
"Saya perhatikan, mereka melaporkan apa yang sudah dikerjakan. Hasilnya apa? Biasanya karena penyerapan, maka laporannya pun sebatas apa yang sudah dikerjakan. Saya berharap setelah ini orang akan berpikir dua kali atas apa yang dikerjakannya di kementerian," kata Anies.
Pembenahan cara pandang di kementerian, menurut Anies, adalah salah satu pekerjaan rumah yang cukup berat. Menurut dia, semua aparat di kementerian harus sadar akan tugasnya untuk membentuk masa depan bangsa Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.