Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joshua Oppenheimer: Film "Senyap" Bukan untuk Ungkit Luka Lama

Kompas.com - 10/11/2014, 22:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sutradara Joshua Oppenheimer mengatakan, film dokumenter garapannya yang berjudul Senyap atau Look of Silencetidak memiliki tujuan mengorek luka lama antara masyarakat dan para penyintas atau korban Tragedi 1965.

"Masa lalu tak akan berlalu selama ancaman masih terus membuat kita terlalu takut mengakui apa yang telah terjadi atau untuk menyuarakan makna peristiwa di masa lalu," kata Joshua saat menggelar konferensi jarak jauh dengan wartawan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin (10/11/2014).

Dia mengatakan, Senyap menghadirkan pelanggaran HAM serius bagi korban dan keluarga yang dianggap tersangkut Partai Komunis Indonesia.

Meski begitu, dia mengakui tidak sedang membela sebuah ideologi lewat film. Akan tetapi, dia ingin agar masyarakat menyadari bahwa ada pelanggaran HAM bagi keluarga yang tersangkut Gerakan 30 September.

Film Look of Silence sendiri merupakan karya dokumenter kedua Joshua tentang pelanggaran HAM di Indonesia setelah film The Act of Killing atau Jagal. Dia melibatkan banyak pihak, termasuk kerabat kerja dari Indonesia yang namanya sengaja disembunyikan.

Joshua merangkai film kisah nyata berisi penuturan dari para korban dan pelaku pelanggaran HAM serius terkait Tragedi 1965. Film tersebut mengambil latar belakang pembantaian massal 1965 oleh masyarakat di Sumatera Utara yang dikoordinasi oleh militer.

Mengambil sudut pandang orang kedua bernama Adi Rukun, film tersebut mengisahkan kisah nyata pengakuan korban dan pelaku pembantaian.

Adi yang merupakan adik korban pembantaian, Ramli, mewawancarai korban dan pelaku. Bermacam pihak diwawancarainya, seperti ibu dan ayahnya yang kini telah renta, para pembunuh dan penyiksa Ramli, para koordinator aksi pembantaian, dan pihak-pihak terkait lainnya.

Joshua berharap, film tersebut dapat memancing kesadaran penonton untuk turut andil dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM pada masa lalu, dalam hal ini pembantaian tahun 1965 kepada orang komunis dan orang-orang yang dicurigai komunis.

Menurut dia, para penyintas Tragedi 1965, seperti keluarga Adi Rukun, yang diduga terkait dengan komunisme, mendapatkan perlakuan diskriminatif. Untuk itu, melalui film Senyap, dia ingin menghadirkan kepada masyarakat tentang kenyataan kehidupan para korban diskriminasi masyarakat dari sudut pandang keluarga penyintas.

"Tanpa mengakui dan menyuarakan makna masa lalu terkait perlakuan diskriminatif oleh para pelakunya, maka kita tunduk pada ketakutan dan menyerah pada ancaman para pelaku," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com