Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temui Wapres JK, Chevron Minta Dukungan Hadapi Proses Hukum

Kompas.com - 31/10/2014, 18:23 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) meminta dukungan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait dengan proses hukum terhadap karyawan Chevron, Bachtiar Abdur Fatah yang terjerat kasus dugaan korupsi proyek Bioremediasi. Kepada JK, pihak Chevron menyampaikan harapannya agar proses hukum terhadap Bachtiar bisa berjalan obyektif.

"Yang kami sampaikan kepada Pak Jusuf Kalla semoga proses hukum ini bisa berjalan dengan obyektif dan kami merasakan bagaimana kegelisahan pegawai-pegawai yang 7000 orang lagi yang sedang di lapangan menghadapi ketidakpastian ini," kata Juru Bicara Chevron Yanto Sianipar di Kantor Wapres, Jakarta, Jumat (31/10/2014) seusai bertemu dengan JK.

Saat ini, Bachtiar akan mengajukan peninjauan kembali atas vonis majelis hakim kasasi yang menyatakan dia bersalah melakukan tindak pidana korupsi terkait proyek bioremediasi. Menurut Yanto, Wapres merespon baik harapan yang disampaikan Chevron. Ia mengatakan bahwa Kalla berpesan agar Chevron melakukan yang terbaik dalam menghadapi proses hukum.

Pemerintah, kata Yanto, akan memberikan masukan kepada pihak-pihak terkait agar melihat kasus ini secara obyektif.

"Pak JK tentu saja mendukung usaha-usaha hukum yang kita lakukan karena banyak proses hukum yang kita jalani mulai sejak di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi sampai sekarang, itu kan kita ikuti dengan disiplin prosesnya. Seluruh data-data dan fakta-fakta kami tampilkan sesuai dengan kebutuhan hukumnya," tutur Yanto.

Menurut dia, kasus bioremediasi ini menganggu konsentrasi pegawai-pegawai Chevron. Yanto menyebut para pegawai Chevron kini ikut menanggung risiko dari kasus yang menjerat Bachtiar tersebut. Sebagai profesional, kata dia, para pegawai memerlukan perlindungan.

"Lalu mendapatkan risiko temannya yg mendapatkan kasus pidana, kasus korupsi padahal mereka adalah profesional yang mengikuti seluruh aturan, juga proyek ini ada tujuan dari pemerintah, semua kita ikuti dengan baik," ucap Yanto.

Keadaan Chevron saat ini beserta kekhawatiran para pegawai tersebut turut disampaikan Yanto dalam pertemuannya dengan JK. Selain mengenai kasus, Yanto menyampaikan selamat kepada JK dan Presiden Joko Widodo.

Kepada JK, dia juga menyampaikan bahwa Chevron tetap berkomitmen untuk meneruskan investasinya di Indonesia terkait minyak, gas, dan geothermal.

"Sebagai investor yang sudah lama di Indonesia sekitar 90 tahun, persis tahun ini 90 tahun, kami merasakan kerja sama atau kemitraan yang kita lakukan sama Indonesia baik dan kami menyampaikan kepada Pak Jusuf Kalla, Chevron tetap berkomitmen meneruskan investasinya di Indonesia," ucap Yanto.

Sebelumnya, Bachtiar dan 3 karyawan Chevron terseret dalam pusaran kasus proyek Bioremediasi atau pemulihan lingkungan dari kondisi tanah yang terkena limbah akibat eksplorasi minyak yang dilakukan perusahaan migas asal Amerika Serikat itu. Akibatnya, negara mengalami kerugian hingga 23,361 juta dolar AS atau lebih dari Rp 200 miliar.

Atas keputusan MA, Bachtiar terbukti bersalah dan mengganjarnya dengan 4 tahun penjara dan denda sebesar Rp 200 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com