Catatan Kaki Jodhi Yudono
Minggu, 26 Oktober 2014, pukul 17.17 WIB, Presiden Joko Widodo berada di podium halaman Istana Negara untuk mengumumkan susunan Kabinet Kerja.
Mengenakan atasan putih dan celana gelap, Joko Widodo didampingi ibu negara Iriana dan Wakil Presiden Jusuf Kalla serta Mufidah Kalla.
Inilah penantian selama sepekan lebih yang mengundang polemik di tengah masyarakat. Tepat pada hari keenam setelah pelantikan, jokowi menjawab penasaran masyarakat dengan mengumumkan susunan kabinetnya. Meski dinilai lamban dalam mengumumkan kabinetnya, namun Jokowi mengatakan, pengumuman ini lebih cepat delapan hari dari yang diamanahkan undang-undang tentang Kementrian Negara. Seperti diketahui, undang-undang Kementrian Negara menegaskan, batas akhir seorang presiden mengumumkan kabinetnya adalah 14 hari setelah dirinya dilantik.
Saat berpidato Joko Widodo mengemukakan, bahwa proses penetapan menteri ini dilakukan dengan hati-hati dan cermat. "Ini menjadi keutamaan, karena kabinet akan berkerja lima tahun, kita ingin mendapatkan orang-orang terpilih dan bersih, sehingga kami mengonsultasikan lebih dulu ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) agar akurat dan tepat. Kita semua percaya pada KPK dan PPATK karena mereka memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang baik," papar Jokowi.
Setelah memberikan pengantar, Joko Widodo pun mengumumkan susunan Kabinet yang dia beri nama Kabinet Kerja, sesuai dengan jargon yang dia sebutkan saat pidato pertamanya di depan Sidang Paripurna MPR, 20 Oktober 2014. Joko Widodo kala itu mengatakan, yang utama bagi dirinya dan masyarakat adalah "Kerja, kerja, dan kerja!"
Maka Joko Widodo pun menyebut satu demi satu nama-nama menterinya beserta data singkat mengenai mereka. Setelah membaca 34 nama-nama para pembantunya di Kabinet Kerja, acara pun usai pada pukul 17.40 WIB.
Don dan Juha masih melototin televisi yang menyiarkan secara langsung pengumuman anggota kabinet itu. Keduanya saling berpandangan saat presiden dan wakilnya berlalu menuju ke dalam Istana Negara.
"Ada yang menarik?" tanya Juha kepada Don di Minggu senja itu.
"Selalu ada yang menarik di mana pun Jokowi berada, termasuk senja ini," Don menjawab.
"Bisa kau sebut yang menarik itu?"
"Pengumuman dilakukan pada hari Minggu pukul 17.17 WIB."
"Apa maknanya?"
"Dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore hari sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang bersangkutan. Jadi, batas suatu hari adalah pk.5 sore. Berarti saat diumumkan sudah masuk hari Senin. Senin Wage. Senin adalah hari yang baik untuk semua keperluan. Menurut kepercayaan Jawa, jika anda lahir pada hari Senin Wage maka anda jarang terjebak dalam keadaan yang memalukan! Ini dikarenakan anda suka merencanakan dan menimbang pilihan anda dengan hati-hati jauh sebelum mengambil tindakan. Sedangkan angka 17 bagi orang Indonesia dinilai angka keramat, itulah sebabnya Bung Karno memilih tanggal 17 saat memerdekan bangsa ini."
"Terus apa lagi ang menarik?"
"Presiden beserta wakilnya dan menteri-menterinya berpakaian putih. Warna putih adalah simbol kebaikan, keadaan tak bersalah, kemurnian, segar, bersih."
"Ya, ya, putih adalah juga representasi kehadiran seluruh warna dasar dalam keadaan maksimum dengan proporsi sama besar. Putih, seperti juga hitam dan abu-abu, tidak bisa dikatakan didefinisikan sebagai warna tertentu. Putih dalam pengertian ideal berarti kehadiran seluruh warna dengan cahaya maksimum sehingga tidak bisa lagi direpresentasikan oleh mata atau sensor kamera, berkebalikan dengan definisi ideal hitam," Juha ikut berkomentar.
"Warna putih dikategorikan sebagai warna netral. Putih melambangkan kedamaian dan kepolosan. Warna putih mampu menunjukkan rasa permohonan maaf, spiritualitas, kesederhanaan, kesempurnaan dan keamanan. Warna putih juga memberikan aura kebebasan serta keterbukaan," Don menimpali.
"Memangnya Pak Jokowi masih membawa serta ke-Jawa-annya meski sudah hidup di Jakarta?"
"Orang Jawa di mana pun berada tetap orang Jawa, sama dengan orang dari suku-suku lainnya. Di mana pun mereka tinggal, tentulah mereka sudah bersama dengan tradisi dan kebiasan di dalam pikiran dan hatinya."