Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menilai, penggunaan simbol-simbol tersebut awalnya memang dapat berdampak positif untuk meningkatkan antusiasme dan rasa ingin tahu masyarakat.
"Jokowi memang dekat dengan drama. Dia adalah orang cerdas yang suka dengan detail. Oleh karena itu, set drama juga disiapkan, sejak rumah pitung, pinisi dan sekarang Priok. Dan untuk branding flagship Jokowi yang maritim, priok jadi strategis bagi branding dia," kata Hendri kepada Kompas.com, Kamis (23/10/2014) pagi.
Namun, lama kelamaan, penggunaan simbol itu justru akan menjadi bumerang bagi Jokowi. Lambat laun, kata Hendri, masyarakat akan bosan dan justru menanggapnya sebagai sesuatu yang tidak substansial.
"Kalau selama lima tahun begini terus, ya jadi negatif dan budget yang keluar jadi lebih banyak," ujar Hendri.
"Bayangkan kalau pengumuman cukup di Istana, pasti biaya yang dikeluarkan jauh lebih kecil," tambahnya.
Persiapan pengumuman kabinet di Tanjung Priok sudah dilakukan sejak Rabu sore. Biro Pers Istana telah menyiapkan dua buah mobil caravan dan satu unit bus yang diperuntukkan bagi wartawan menuju Priok. Paspampres di lokasi sudah menyiapkan pengamanan mulai dari sterilisasi area hingga pemasangan security door, prosedur yang selama ini dilakukan untuk menyiapkan kedatangan presiden.
Pihak Pelabuhan Tanjung Priok pun sudah menyiapkan panggung, microphone tempat Jokowi berpidato, serta dilengkapi tata cahaya sedemikian rupa. Makanan dalam porsi dan jumlah besar juga telah disiapkan.
Namun, akhirnya, pengumuman tersebut batal. Pada pukul 21.00 WIB, semua tamu diminta membubarkan diri. Wartawan dan petugas Pelabuhan Tanjung Priok pun kebingungan karena tak ada yan menjelaskan mengenai alasan batalnya acara tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.