Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Terlihat Sekali Anggota Dewan Mengejar Kekuasaan daripada Kepentingan Rakyat"

Kompas.com - 08/10/2014, 10:15 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Pengamat politik dari Universitas Jayabaya Lely Arianie berpendapat, para anggota Dewan terpilih belum bisa menunjukkan pendidikan politik yang baik bagi publik. Hal tersebut disampaikan Lely berdasarkan pada proses birokrasi politik saat memilih pimpinan DPR dan MPR periode 2014-2019.

"Padahal, mereka (anggota Dewan) harus menjadi cerminan elite politik. Itu seharusnya menjadi tontonan pendidikan cara berpolitik yang baik bagi publik," ujar Lely saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/10/2014) malam.

Menurut Lely, kenyataan yang terjadi dalam pemilihan pimpinan, baik di DPR maupun MPR, yakni kentalnya nuansa kepentingan politik pribadi dan golongan.

"Terlihat sekali mereka mengejar kekuasaan daripada kepentingan rakyat. Kalau tidak, tidak akan sekeras ini," kata Lely.

Lely juga menyayangkan bahwa pengambilan keputusan dalam paripurna tidak dihasilkan dengan musyawarah mufakat. Menurut Lely, meskipun penentuan melalui voting bisa saja dilakukan, pengambilan keputusan dengan musyawarah akan benar-benar mewakili parlemen sebagai lembaga permusyawaratan.

"Musyawarah harus didepankan. Itu akan lebih meyakinkan publik," kata Lely.

Rapat paripurna pemilihan pimpinan MPR akhirnya ditentukan melalui voting. Paket B yang diajukan oleh Koalisi Merah Putih berhasil menang dengan perolehan 347 suara. Sementara paket A yang diajukan Koalisi Indonesia Hebat mendapat 330 suara.

Paket pimpinan yang telah dilantik menjadi pimpinan MPR, yaitu Zulkifli Hasan (PAN) sebagai Ketua MPR dan empat wakil ketua MPR adalah Mahyudin (Golkar), EE Mangindaan (Demokrat), Hidayat Nur Wahid (PKS), dan Oesman Sapta (DPD).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com