Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Punya Fortuner, Mbah Imam Tak Ambil Jatah Uang Muka Innova di DPR

Kompas.com - 01/10/2014, 17:27 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
- Politisi PDI Perjuangan, Imam Suroso, tidak ingin mengambil jatah uang muka mobil Toyota Innova yang disediakan untuk anggota DPR terpilih. Hal itu disampaikan Imam seusai dilantik menjadi anggota DPR periode 2014-2019 di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (1/10/2014).

"Kalau rumah dinas saya ambil, soalnya saya enggak punya rumah di Jakarta. Kalau mobil saya sudah punya (Toyota) Fortuner," kata Imam.

Nama Imam dikenal sebagai praktisi spiritual yang mengucapkan kalimat "Anda tak cocok kerja di air". Karena profesi itu, pria kelahiran Pati, Jawa Tengah, itu kerap disapa dengan sebutan Mbah Imam.

Pada periode 2009-2014, Imam menjadi anggota DPR dan sempat duduk sebagai anggota Komisi III dan Komisi IX. Ia kembali terpilih sebagai anggota DPR 2014-2019 dari daerah pemilihan Jawa Tengah III.

Untuk masing-masing anggota DPR terpilih, Sekretariat Jenderal DPR memberikan fasilitas pembayaran uang muka Toyota Innova. Uang tersebut diberikan secara ketat setelah ada bukti pembelian mobil jenis tersebut.

Di periode ini, Mbah Imam berharap anggota DPR dapat bekerja keras membuktikan janji kampanyenya. Dengan begitu, ia yakin citra DPR yang terpuruk akan berangsur-angsur pulih kembali.

"Tidak ada cara lain, kita harus turun ke bawah, temui rakyat, dengar aspirasinya," kata Mbah Imam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com