Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY Tak Rotasi Pejabat Utama dan Direksi BUMN untuk Hormati Jokowi

Kompas.com - 11/09/2014, 18:43 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstrusikan larangan pergantian pejabat utama dan direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal ini dilakukan Presiden untuk menghormati proses transisi yang tengah berlangsung dengan presiden terpilih Joko Widodo.

"Dalam rangka penghormatan, kami tidak melakukan pergantian pejabat utama, misalnya sekjen, irjen, juga pejabat teras di TNI/Polri, kecuali yang harus pensiun. Ini semua saya tujukan agar presiden baru tetapkan dan putuskan penggantian pejabat itu," ujar Presiden SBY di kantor presiden, Kamis (10/9/2014).

SBY mengingatkan Jokowi, meski berwenang memilih pejabat utama setingkat eselon I, ada mekanisme yang harus dilakukan, misalnya seleksi melalui tim penilai akhir (TPA) terhadap calon pejabat jadi. Sementara itu, TNI/Polri juga memiliki jenjang kepangkatan sendiri.

Dengan adanya aturan itu, SBY menilai, siapa pun presidennya, dia tidak bisa semaunya menempatkan orang dalam jabatan tertentu. "Sekali lagi, silakan presiden baru untuk putuskan perangkat itu," ucap dia.

Selain melarang penggantian pejabat utama, Presiden SBY juga melarang penggantian direksi BUMN. Tak hanya itu, Presiden bahkan mempersilakan Jokowi-JK untuk memilih sekretaris presiden, sekretaris wakil presiden, hingga ajudan ibu negara (ADC).

"Meski ada aturan mainnya, ada tes dan kriterianya, saya persilakan Bapak (Jokowi) yang memilih," ungkap SBY.

Menurut SBY, cara ini adalah upaya untuk membantu pemerintah berikutnya. Dia menekankan pentingnya komunikasi dan konsultasi yang baik antara pemerintahan saat ini dan Tim Transisi Jokowi-JK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com