Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/09/2014, 22:39 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum mengaku membeli Toyota Harrier dengan meminjam uang mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin. Sekitar 2010, Anas memberikan uang Rp 200 juta kepada Nazaruddin sebagai uang muka pembelian Harrier yang harganya sekitar Rp 650 juta. Sisa pembayarannya, ditalangi Nazaruddin.

"Saat makan siang di Chatyerr Box Plaza Senayan sama Saan, Pasha Sukardi, dan Maimara Tando, saya serahkan DP Rp 200 juta, sisanya ditalangi Saudara Nazar," kata Anas di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (4/9/2014) saat diperiksa sebagai terdakwa dalam kasus dugaan korupsi Hambalang.

Setelah menyerahkan uang Rp 200 juta kepada Nazaruddin, Anas mengaku tidak tahu menahu bagaimana uang itu dibayarkan untuk pembelian Harrier. Dia menyerahkan sepenuhnya pembelian Harrier kepada Nazaruddin.

Kepada jaksa KPK, Anas mengaku mempercayakan proses pembelian Harrier ini kepada Nazaruddin karena dia mengenal mantan rekan separtainya itu sebagai orang yang pintar membeli mobil.

"Dia ahlinya mobil, dia salah satu teman yang memang ahli betul urusan mobil, langganan mobilnya banyak," ujar Anas.

Kemudian pada Februari 2010, Anas mengaku memberikan uang Rp 75 juta kepada Nazaruddin sebagai cicilan Harrier. Uang tersebut diserahkan Anas kepada Nazaruddin di ruangan Anas ketika masih menjabat ketua fraksi Partai Demokrat.

Anas juga mengatakan bahwa Harrier tersebut sudah dilaporkannya dalam laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) ketika itu. Kemudian setelah terpilih sebagai ketua umum Partai Demokrat pertengahan 2010, Anas mengaku mengembalikan Harrier tersebut kepada Nazaruddin. Menurut Anas, Harrier itu dikembalikan setelah ada beberapa orang yang mempertanyakan asal usul pembelian mobil mewah tersebut.

"Setelah kongres ada beberapa orang yang bertanya pada saya apa betul dibelikan mobil Harrier oleh Nazar, nah karena pertanyaannya tidak tepat, kemudian saya konfirmasi ke Saudara Nazar, 'Zar ngomong apa ke teman-teman?' dia bilang saya tidak bicara apa-apa soal mobil Harrier," tutur Anas.

Selanjutnya, ketika mobil itu mulai dipermasalahkan secara hukum, Anas menyerahkannya kepada Nazaruddin. Saat menyerahkan Harrier tersebut, Anas mengaku masih punya utang pembayaran Harrier. Namun, kata Anas, ketika itu Nazaruddin menolak pemberian Harrier tersebut. Mobil itu lalu dijual dan laku Rp 500 juta.

"Setelah laku diserahkan ke Saudara Nazar oleh Nur Rahmat Rusdam atas perintah Nazar melalui ajudannya bernama Wahyudi Utomo," sambung Anas.

Adapun Anas Urbaningrum didakwa menerima pemberian hadiah atau janji berupa dua mobil mewah dan uang miliaran rupiah. Pemberian uang dan mobil tersebut berkaitan dengan kepengurusan proyek Hambalang di Kementerian Pemuda dan Olahraga, proyek pendidikan tinggi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta proyek APBN lainnya yang diurus Grup Permai.

Menurut surat dakwaan, rincian hadiah yang diterima Anas berupa Toyota Harrier bernomor polisi B 15 AUD senilai Rp 670 juta, Toyota Vellfire B 67 AUD senilai Rp 735 juta, biaya survei pemenangan Anas sebagai ketua umum Partai Demokrat sekitar Rp 478 juta, uang senilai Rp 116,5 miliar, serta uang sekitar 5,2 juta dollar AS. Pemberian itu diterima Anas ketika masih menjadi anggota DPR. Selain korupsi, Anas didakwa melakukan tindak pidana pencuican uang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com