JAKARTA, KOMPAS.com — Calon presiden Prabowo Subianto kerap menyebut dirinya siap menerima apa pun pilihan rakyat dalam Pemilu Presiden 2014. Prabowo bahkan mendesak rivalnya, calon presiden Joko Widodo, untuk menyatakan hal serupa. Namun, Prabowo justru beringsut mundur pada saat pilpres hendak final. Mengapa Prabowo bertindak demikian?
Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikrar Nusa Bakti, menilai sikap Prabowo yang menolak pelaksanaan pilpres membuktikan bahwa mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu tidak memiliki konsistensi antara ucapan dan perbuatan. "Prabowo sendiri yang bilang, katanya dia sudah sepuluh kali bilang siap kalah, Jokowi hanya sekali. Jadi, harusnya dia yang paling siap menerima kekalahan tersebut," kata Ikrar di Jakarta, Rabu (23/7/2014) siang.
Menurut Ikrar, sikap yang ditunjukkan Prabowo itu tidak akan mengubah keadaan karena tidak dilakukan sesuai konstitusi dan undang-undang yang berlaku. Sebaliknya, sikap tidak siap kalah itu justru bisa merugikan dan merusak citra Prabowo.
"Sikap itu sama sekali bukan sikap negarawan. Prabowo sudah menurunkan derajatnya sendiri, dari negarawan menjadi politikus kerdil," ujar Ikrar.
Prabowo menyatakan menolak pelaksanaan pilpres dan menarik diri dari proses yang sedang berlangsung hanya beberapa jam sebelum Komisi Pemilihan Umum menetapkan pemenang pilpres, Selasa kemarin. KPU menetapkan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden terpilih dengan perolehan 70.997.833 suara atau 53,15 persen. Adapun Prabowo dan Hatta Rajasa memperoleh 62.576.444 suara atau 46,85 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.