Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan WNA Pemeras Menyamar Jadi Bankir hingga Penyelidik Korupsi

Kompas.com - 21/07/2014, 23:15 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Tindak Pidana Khusus Badan Reserse Kriminal Polri Brigjen Pol Kamil Razak mengatakan, puluhan warga negara Tiongkok dan Taiwan yang diciduk polisi memiliki beragam modus operandi dalam menjerat korbannya. Ia menambahkan, tersangka melakonkan beragam peran seperti menjadi pejabat bank hingga penyelidik perkara korupsi.

"Tersangka bertindak selaku pejabat bank yang melayani permohonan kredit nasabah dan meminta nasabah memberi dana administrasi," ujar Kamil di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (21/7/2014).

Selain menjadi pejabat bank, imbuh Kamil, beberapa pelaku juga berpura-pura sebagai pejabat antikorupsi yang seolah-olah tengah menyelidiki perkara tindak pidana korupsi sehingga korbannya memohon dan memberikan sejumlah uang agar perkaranya tidak dilanjutkan.

Tidak hanya itu, para pelaku juga memeras pejabat dan pengusaha yang diketahui selingkuh dengan mengancam akan menyebarkan aibnya jika tidak menyerahkan sejumlah uang yang diminta.

"Mereka juga memeras pengusaha yang diketahui menunggak biaya pembayaran pajak. Dalam melakukan aksinya, pelaku terorganisasi dan dalam kelompok besar," kata Kamil.

Dalam melakukan aksinya, kata Kamil, para pelaku memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan penipuan dan pemerasan dari luar Tiongkok dan Taiwan. Hal tersebut demi menghindari penangkapan oleh aparat penegak hukum di negara asalnya.

Kamil menambahkan, para pelaku memiliki kenalan orang lokal untuk mengatur penyewaan rumah, berlangganan internet, dan mempersiapkan upaya melarikan diri jika aksi mereka diketahui petugas. Bahkan, para pelaku menggunakan identitas palsu untuk mengurus keperluan tersebut.

"Pembayaran pun dilakukan secara tunai untuk menghindari pelacakan," ujarnya.

Saat melakukan transaksi informasi elektronik, pelaku menggunakan teknik spoofing untuk mengelabui pelacakan petugas dengan cara memancarkan kembali akses internet yang mereka terima dari pelayanan jasa internet melalui lebih dari satu relay station berupa ruko yang mereka rancang sendiri.

"Mereka melakukan transaksi informasi elektronik dan dokumen elektronik yang memiliki muatan perasan dan pengancaman serta mengakibatkan kerugian bagi orang lain," pungkasnya.

Dalam operasi tangkap tangan ini, Polri menciduk 35 warga negara Tiongkok dan 21 warga negara Taiwan. Dalam penggeledahan serempak di enam kota pada 19 Juli lalu, Polri menyita barang bukti berupa 5 laptop, 27 telepon genggam, sebuah iPad, dan 24 kartu pengenal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat 'Nyantol'

Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat "Nyantol"

Nasional
Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Nasional
Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Nasional
Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Nasional
Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar 'Open House'

Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar "Open House"

Nasional
KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

Nasional
Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Nasional
Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 'Supplier' Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 "Supplier" Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com