"Secara khusus, kami bicara soal pilpres dan apa yang kami kerjakan dan mengimbau umat Katolik menggunakan hak pilihnya sesuai dengan suara hati. Kalau sudah jelas terpilih siapa yang jadi presiden, diharapkan bisa menjaga perdamaian dan umat Katolik diharapkan loyal untuk mendukung presiden siapa pun yang terpilih," ujar Suharyo usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Jakarta, Senin (7/7/2014).
Suharyo pun berharap kepada setiap pemimpin bangsa untuk bisa bersikap sebagai pendamai dan mengajak semua warga negara Indonesia untuk menggunakan hak pilihnya. Dalam memilih pemimpin, Suharyo meminta umat Katolik memilih dengan cerdas dan sesuai dengan suara hati. "Cerdas misalnya memilih capres yang diharapkan dapat memperjuangkan cita-cita kemerdekaan," papar Suharyo.
Kompetisi pemilihan presiden kali ini, diakui Suharyo, berbeda dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya karena hanya ada dua pasangan calon yang berkompetisi. Meski situasi menghangat, menurut Suharyo, pelaksanaan pilpres diyakini akan tetap berlangsung aman karena pemerintah telah menjamin akan menjaga ketertiban.
Pada 9 Juli mendatang, jutaan rakyat Indonesia akan melakukan pemungutan suara pemilu presiden. Saat ini ada dua pasang calon yang bertarung yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sebelum melaksanakan pemungutan suara, masyarakat diberikan kesempatan menimbang pilihannya secara matang dalam waktu 3 hari yakni pada 6-8 Juli 2014 yang disebut sebagai massa tenang. Setiap kandidat dilarang melakukan kegiatan berbau kampanye selama masa itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.