Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hatta Janji Selesaikan Persoalan Waduk Jati Gede

Kompas.com - 02/07/2014, 17:51 WIB
Dani Prabowo

Penulis


SUMEDANG, KOMPAS.com - Calon wakil presiden Hatta Rajasa berjanji akan segera menyelesaikan persoalan pembebasan lahan yang akan digunakan untuk pembangunan waduk dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jati Gede, Sumedang, Jawa Barat jika terpilih pada Pilpres 2014 mendatang.

Hal tersebut diungkapkan Hatta saat berdialog dengan warga yang terkena dampak pembangunan waduk dan PLTA Jati Gede di Desa Kadu Mulya, Kecamatan Jati Gede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (2/7/2014).

Hatta menilai keberadaan waduk tersebut sangat penting bagi masyarakat. Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu mengatakan, pembangunan waduk kedua terbesar di Indonesia itu sudah digagas sejak masa pemerintahan Bung Karno. Namun, sampai saat ini pembangunan waduk tersebut tak kunjung selesai.

"Pembangunan itu dilanjutkan pada masa pemerintahan Pak SBY. Waktu saya masih menjabat sebagai Menko Perekonomian saya begitu concern terhadap penyelesaian masalah waduk ini, agar tuntas dan masyarakat tidak dirugikan disepelekan dan disingkirkan," kata Hatta.

Menurut Hatta, waduk ini memiliki fungsi strategis baik dari sisi ketahanan energi, pangan maupun pariwisata. Dari sisi ketahanan energi, waduk ini nantinya akan dimanfaatkan PLTA. Sehingga, listrik yang dihasilkan dapat disalurkan kepada masyrakat yang masih belum dapat menikmati listrik tersebut.

Dari sisi ketahanan pangan, air pada waduk ini dapat dimanfaatkan untuk mengairi sawah masyarakat sekitar apabila terjadi musim kemarau dan sawah-sawah milik petani kekurangan air. Selain itu, apabila waduk ini telah dioperasikan, maka akan menjadi salah satu obyek wisata baru di Sumedang. Hal itu tentu saja dapat dimanfaatkan masyrakat yang ingin mencari rejeki baru dengan kehadiran obyek wisata tersebut.

"Waduk ini memiliki arti strategis bagi aktivitas masyarakat," ujarnya.

Untuk diketahui, pembangunan Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, hingga saat ini masih mengalami hambatan. Pasalnya pembebasan lahan belum selesai akibat 7.000 kepala keluarga masih berada di wilayah pembangunan waduk.

Mohamad Hasan, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, menjelaskan ada sekitar 5.800 kepala keluarga yang harus diberikan ganti rugi karena dipindahkan. Selain itu masih ada 1.800 kepala keluarga yang di wilayah tersebut yang masih memiliki hak tanah dan rumah.

"Penggenangan tidak dilakukan sebelum masalah sosial dituntaskan," ujar Hasan seperti diberitakan Kontan.co.id, Senin (17/2/2014).

Hasan menjelaskan untuk pembangunan fisik, waduk Jatigede sudah mencapai 91 persen. Kemajuan pembangunan sudah sangat cepat dari yang diharapkan. "Pembangunan waduk sudah berjalan bahkan lebih cepat daripada jadwal," ungkap Hasan.

Kementerian Pekerjaan Umum semula merencanakan pengisian waduk yang mampu menampung lebih dari 1 miliar kubik air tersebut pada September atau Oktober tahun ini. Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, menjelaskan sejalan dengan kemajuan fisik waduk tersebut sebenarnya memungkinkan untuk digenangi sesuai target. Namun, sampai saat ini permasalahan sosial yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum dapat terselesaikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Habiburokhman: Judi 'Online' Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Habiburokhman: Judi "Online" Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Nasional
Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Nasional
Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Nasional
Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Nasional
Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Nasional
Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Nasional
Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Nasional
Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Nasional
Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Nasional
Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Nasional
Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Nasional
Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Nasional
Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Nasional
Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Nasional
Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com