"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."
-Soekarno-
KOMPAS.com — Soekarno betul. Perjuangannya lebih mudah karena mengusir penjajah. Kala itu, semua orang bersatu atas nama Indonesia. Perjuangan kita hari ini jauh lebih berat: melawan bangsa sendiri.
Hari-hari belakangan ini, menjelang Pemilihan Umum Presiden 9 Juli 2014, kita bahkan lupa tentang keindonesiaan kita. Kita tidak sedang terpecah antara pendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Lebih dari itu, kita terpecah sebagai Indonesia.
Kita membenci mereka yang bukan Islam. Kita membenci anak-anak bangsa keturunan Tionghoa. Kita saling melempar fitnah dan menghujat setiap sisi kemanusiaan kita. Tak sedikit yang saling unfriend dan delcon.
Entitas suku, agama, ras, dan antar-golongan bukannya menguatkan jati diri kita sebagai "Bhinneka Tunggal Ika", tetapi menjadi peluru untuk saling menghancurkan.
Marilah berhenti sejenak dari hiruk pikuk kampanye hitam dan kampanye negatif yang riuh "membombardir" ruang-ruang kehidupan kita, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Marilah diam sejenak memikirkan satu hal yang paling substansial tentang masa depan bangsa ini, berpikir tentang Indonesia kita, tempat kita hidup merajut cita-cita tentang kehidupan kebangsaan yang adil dan berperikemanusiaan.
Indonesia seperti apakah yang kita perjuangkan? Indonesia seperti apakah yang diwariskan Soekarno? Apakah kedua pasangan capres dan cawapres saat ini sungguh memperjuangkan Indonesia yang dicita-citakan Soekarno, atau sebaliknya malah mengkhianati cita-cita itu?
Simak sajian multimedia interaktif Kompas.com. Silakan klik: "Berebut Roh Soekarno".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.