"Kalau isunya HAM tidak bawa dampak besar. Itu isu sudah lama dan tidak terlalu banyak yang tahu. Yang justru menjadi masalah adalah soal ibu negara, perbincangan soal siapa pendamping Prabowo yang saya perkirakan akan lebih berefek," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, saat dihubungi pada Rabu (28/5/2014).
Burhan menuturkan, berdasarkan survei yang dilakukan lembaganya, hanya 24-29 persen masyarakat yang mengetahui soal kasus penculikan aktivis dan pemecatan terhadap Prabowo dari dunia militer. Dari jumlah itu, sebanyak 60 persen menyatakan bisa memaafkan sikap Prabowo.
"Namun, untuk kasus ibu negara, ini yang akan banyak dipergunjingkan dan berpengaruh pada preferensi memilih, terutama di kalangan ibu-ibu. Prediksi saya, mereka punya pandangan jadi kepala keluarga saja enggak bisa, apa bisa urus negara?" tutur Burhanuddin.
Lebih lanjut, Burhanuddin mengkritik gaya komunikasi Prabowo dalam menyikapi kampanye hitam yang ditujukan kepadanya. Menurut dia, Prabowo selama ini lebih banyak memilih sikap diam.
"Soal HAM dan soal kewarganegaraan, Prabowo diam. Tidak bisa hanya mengandalkan Fadli Zon dan Suhardi. Seharusnya, Prabowo perlu menjelaskannya sendiri," kata Burhanuddin.
Kampanye hitam terhadap Prabowo-Hatta juga mulai terjadi. Prabowo selama ini memang lebih memilih sikap diam atas serangan-serangan itu. Di dalam pemantapan tim pemenangan Prabowo-Hatta beberapa waktu lalu, Prabowo hanya meminta agar tim suksesnya tidak membalas fitnah dengan fitnah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.