Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Poros Golkar-Demokrat Hanya Bentuk Harga Diri karena Posisi Kepepet"

Kompas.com - 18/05/2014, 09:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com– Walau sekedar wacana, keinginan sebagian elite Partai Demokrat dan Partai Golkar untuk menyandingkan pasangan Aburizal Bakrie (Ical) dengan Pramono Edhie Wibowo dalam pemilu presiden mendatang malah mengundang polemik. Menurut Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi, hadirnya wacana ini tidak lepas karena Demokrat maupun Golkar tengah sama-sama dilanda kegamangan.

Jika parpol-parpol lain sudah menentukan arah koalisi yang jelas, yakni bergabung poros pendukung Joko Widodo atau poros Prabowo Subianto, hanya Demokrat dan Golkar yang masih bimbang dengan peta politik yang akan dituju.

Ari menyinggung perjalanan rancang bangun koalisi yang dibangun Ical sejak tanggal 10 April hingga sekarang. Ical menemui berbagai tokoh seperti Prabowo, Jokowi, Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono.

Demikian juga dengan Demokrat, imbuhnya, akhir pelaksanaan konvensi Capres partai besutan SBY ternyata tidak menghasilkan sesuatu yang mengejutkan. Dahlan Iskan sang pemenang konvensi malah diterlantarkan.

Elite Demokrat, kata dia, justru ingin memajukan Sri Sultan HB X sebagai capres dan mendorong adik ipar SBY, yakni Pramono sebagai Cawapres.

"Ada semacam hilangnya percaya diri sekaligus kebingungan di tengah makin sendikitnya parpol yang masih berada di luar barisan koalisi," ujar Pengajar program Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini, seperti dikutip Tribunnews.com.

Lebih lanjut, Ari juga meyakini terjadi friksi di Golkar dan Demokrat soal arah koalisi yang akan ditempuh. Ada sebagian elite Golkar seperti Akbar Tandjung, Luhut Panjaitan, Fadel Muhammad yang cenderung ingin bergabung dengan PDIP. Sementara kubu Ical ingin mematok target tetap menjadi capres.

Sedangkan di kubu partai besutan SBY, ada yang ingin mengikuti jejak partai besan SBY, yakni Partai Amanat Nasional PAN, yang telah berkoalisi dengan Gerindra. Atau memilih oposisi atau membentuk poros baru dengan Golkar.

Menurut Ari, kepastian arah koalisi memang secara resmi akan dikukuhkan di forum Rapimnas yang digelar hari ini. Namun, komunikasi politik terus ditebar dengan intens oleh para elite Demokrat dan Golkar. Baik Golkar atau Demokrat pasti akan menempuh cara yang menguntungkan partainya.

Yang jelas, menurut dia, jika nama Ical dan Pramono akhirnya dimajukan, maka sangat sulit untuk menandingi Prabowo dan Jokowi.

"Akibatnya, lahirnya poros Golkar dan Demokrat hanyalah bentuk "harga diri" masing-masing partai karena lahir dari posisi yang sama-sama saling "kepepet"," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Enggan Tanggapi Isu Harun Masiku Hampir Tertangkap Saat Menyamar Jadi Guru

KPK Enggan Tanggapi Isu Harun Masiku Hampir Tertangkap Saat Menyamar Jadi Guru

Nasional
Tagline “Haji Ramah Lansia” Dinilai Belum Sesuai, Gus Muhaimin: Perlu Benar-benar Diterapkan

Tagline “Haji Ramah Lansia” Dinilai Belum Sesuai, Gus Muhaimin: Perlu Benar-benar Diterapkan

Nasional
Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

Nasional
Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi 'Online', tapi...

Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi "Online", tapi...

Nasional
Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Nasional
Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Nasional
Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Nasional
Kasus WNI Terjerat Judi 'Online' di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

Kasus WNI Terjerat Judi "Online" di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

Nasional
Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Nasional
Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Nasional
MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

Nasional
Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Nasional
Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Nasional
Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Nasional
Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com