"Dia (Jokowi) produk reformasi, dia simbol dari kebangkitan populisme. Melawannya sama dengan melawan arus sejarah," ujar pengamat politik Boni Hargens, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (14/5/2014).
Terlebih lagi, kata Boni, citra Hatta sempat tercoreng oleh kasus dugaan korupsi hibah kereta api Jepang ketika masih menjabat sebagai Menteri Perhubungan. Menurutnya, Prabowo akan kembali menguras energi jika kasus ini "dihidupkan" sebagaimana kasus pelanggaran HAM 1998 yang menyeret nama Prabowo.
"Sulit, melawan Jokowi itu harus dengan orang seperti Jokowi juga.Tidak bisa oleh elite lama yang punya beban sejarah," kata Boni. Hatta pun menurut dia bukan figur yang tepat untuk representasi tokoh politik Islam yang dapat diterima semua partai berbasis massa agama.
Meski begitu, Boni berpendapat, bergabungnya Hatta ke kubu Prabowo dapat menguntungkan dalam segi finansial. "Kekuatan kapital Hatta cukup efektif membantu pendanaan kampanye tim," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.