Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW Sayangkan Langkah PPP Beri Bantuan Hukum untuk Rachmat Yasin

Kompas.com - 08/05/2014, 18:55 WIB
Fathur Rochman

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Indonesia Corruption Watch menyayangkan langkah Partai Persatuan Pembangunan yang memberikan bantuan hukum untuk Bupati Bogor Rachmat Yasin. ICW menilai kasus yang menjerat Rachmat itu tidak berkaitan dengan statusnya sebagai kader PPP.

"Itu persoalan pribadi, tidak ada urusan partai," ujar anggota Badan Pekerja ICW, Emerson Yuntho, di Kantor ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (8/5/2014). Lagi pula, kata Emerson, Rachmat memiliki kecukupan finansial untuk menyediakan pengacara sendiri.

Emerson mengatakan, jika PPP memberi bantuan hukum kepada Rachmat, maka masyarakat akan mempertanyakan hubungan kasus yang menjerat Rachmat dengan partai berlambang kabah tersebut. Emerson meminta agar KPK mengusut tuntas kasus dugaan korupsi yang dilakukan Rachmat. Menurutnya, kasus ini berhubungan dengan indikasi suap sehingga harus dicermati kembali. Menurutnya, ada kesamaan pola dengan kasus korupsi yang dilakukan pemimpin daerah sebelumnya.

"KPK tidak hanya menelusuri kepentingan searah bupati, tapi melihat ada tidak kepentingan partai politik," ujar Emerson.

Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal PPP Saifullah Tamliha mengatakan bahwa PPP siap memberikan bantuan hukum kepada Rachmat, yang menjabat Ketua DPW PPP Jawa Barat. Bantuan hukum diberikan setelah Rachmat ditangkap terkait dugaan keterlibatannya dalam transaksi serah terima uang berkaitan dengan izin rancangan umum tata ruang (RUTR) di kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur).

"Pastilah kita akan memberikan bantuan hukum, kita sudah bicarakan. Bagaimanapun, dia tetap kader partai," kata Tamliha seperti dikutip Tribunnews.com, Rabu (7/5/2014).

Komisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap tangan Rachmat di Perumahan Yasmin, Bogor, pada Rabu (7/5/2014). Ia ditangkap bersama dengan anak buahnya, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Muhammad Zairin, serta pihak swasta bernama Franciskus Xaverius Yohan.

Dalam operasi tangkap tangan itu, petugas KPK menyita uang yang nilainya diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Yasin dan dua orang yang tertangkap tangan KPK itu diduga terlibat transaksi serah terima uang berkaitan dengan izin RUTR Bopunjur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com